Minggu, 28 Juni 2009
Senin, 22 Juni 2009
hukum Memuji Makhluk
Riyadhush Shalihin
Muallif (Imam Nawawi) rahimahullah menyebutkan di dalam kitabnya
Riyadhush Shalihin ketika menjelaskan perihal pujian manusia, apakah
diperbolehkan seseorang memuji orang lain atas sesuatu yang memang ada
pada diri orang itu, ataukah tidak boleh?
Maka permasalahan ini tergantung pada beberapa keadaan :
1. Pertama, apabila di dalam pujian tersebut terkandung kebaikan dan
adanya dorongan untuk memiliki sifat yang terpuji dan berakhlaq mulia,
maka hal ini tidak mengapa dikarenakan adanya dorongan tersebut.
Apabila Anda melihat seseorang yang mulia, pemberani, mengutamakan
orang lain dan suka berbuat baik kepada orang lain, kemudian Anda
menyebutkan kebaikan-kebaikan tersebut di depannya dalam rangka untuk
memberikan dorongan dan dukungan sehingga orang tersebut akan
senantiasa menjaga sifat-sifat itu tetap ada pada dirinya, maka hal
ini adalah sebuah kebaikan, dan sesuai dengan firman Allah Ta'ala :
وتعاونوا على البر والتقوى
(artinya) dan tolong-menolonglah kalian dalam kebaikan dan taqwa...
2. Keadaan kedua, Anda memuji seseorang dalam rangka menjelaskan
kedudukannya yang utama di antara manusia, menyebarkannya supaya
manusia menghormatinya sebagaimana yang diperbuat oleh Nabi
Shallallohu 'alaihi wasallam terhadap Abu Bakar dan 'Umar -semoga
Allah meridhai keduanya-.
Adapun mengenai Abu Bakar, suatu hari Rasulullah Shallallohu 'alaihi
wa sallam bersabda kepada para sahabatnya, "Siapakah di antara kalian
yang pada hari ini berpuasa?" Abu Bakar berkata, "saya!" Beliau
bertanya kembali, "Siapakah di antara kalian yang pada hari ini telah
mengiringi jenazah?" Abu Bakar berkata, "Saya!" Beliau bertanya,
"Siapakah di antara kalian yang pada hari ini telah menengok orang
sakit?" Lagi-lagi Abu Bakar menjawab, "Saya!"
Maka Nabi Shallalohu 'alaihi wa sallam bersabda, "Tidaklah
perkara-perkara yang (aku sebutkan-pent) tadi terkumpul pada seseorang
melainkan ia akan masuk surga".
Demikian pula saat beliau Shallallohu 'alaihi wa sallam bersabda
mengenai orang yang menjulurkan pakaiannya karena sombong maka Allah
tidak akan melihatnya (pada hari kiamat-pent) . Abu Bakar berkata,
"Wahai Rasulullah (Shallallohu 'alaihi wa sallam), sesungguhnya
sebelah sarungku melorot kecuali apabila saya menjaganya." Beliau
shallallohu 'alaihi wasallam bersabda, "Sesungguhnya Kamu bukanlah
orang yang melakukannya karena sombong."
Begitu pula beliau Shallallohu 'alaihi wa sallam bersabda kepada 'Umar
"Sesungguhnya tidaklah kamu melalui sebuah jalan melainkan syaitan
akan melalui jalan yang lain." Yakni apabila kamu ('Umar) melalui
sebuah jalan maka syaitan akan menyingkir dan pergi melalui jalan yang
lain.
Perkataan Nabi shallallohu 'alaihi wa sallam di atas adalah untuk
menjelaskan keutamaan Abu Bakar dan 'Umar radhiyallohu 'anhuma. Maka
yang demikian ini tidak mengapa.
3. Keadaan ketiga, seseorang memuji orang lain secara berlebihan
sehingga mensifati dengan sesuatu yang tidak sesuai dengan keadaannya.
Hal ini terlarang dan merupakan satu bentuk kedustaan dan penipuan.
Misalnya seseorang memuji kepada seorang pemimpin atau pejabat atau
yang semisal dengan mereka, di mana sebenarnya mereka tidak pantas
mendapatkan pujian itu karena memang tidak memiliki sifat-sifat yang
terpuji. Maka ini hukumnya haram dan juga terdapat bahaya bagi orang
yang dipuji.
4. Keadaan keempat, pujian kepada seseorang yang sesuai dengan
keadaannya, akan tetapi dikhawatirkan orang yang dipuji itu akan
tertipu oleh dirinya sendiri, merasa dirinya memiliki keutamaan dan
ketinggian dibanding orang lain. Hal ini hukumnya juga haram.
Muallif (Imam Nawawi rahimahullah) menyebutkan beberapa hadits
berkaitan dengan permasalahan ini, bahwasannya ada seorang lelaki
memuji orang lain di sisi Nabi Shallallohu 'alaihi wa sallam, maka
beliau bersabda, "Celaka kamu, engkau telah memotong leher saudaramu!"
yakni seakan-akan engkau telah menyembelih saudaramu dikarenakan
pujianmu kepadanya, karena itu akan membuatnya merasa tinggi dan lebih
daripada orang lain. Dan sungguh Rasulullah Shallallohu 'alaihi wa
sallam telah memerintahkan supaya menaburkan debu kepada orang yang
terlalu banyak memuji, yaitu orang yang dikenal selalu memuji-muji
orang-orang yang memiliki kedudukan dan kemuliaan di mana pun mereka
hadir. Dan al maddah (orang yang terlalu banyak memuji) tidak sama
dengan al madih (orang yang memuji). Al madih adalah orang yang memuji
sesekali saja. Sedangkan al maddah (ini yang disebut oleh Nabi
Shallallohu 'alaihi wa sallam dalam hadits riwayat Miqdad radhiyallohu
'anhu-pent), tidaklah dia duduk di depan seorang pembesar atau
pemimpin atau seorang hakim atau seorang 'alim atau yang semisal
mereka melainkan dia akan memujinya. Orang seperti inilah yang layak
ditaburkan debu ke mukanya.
Karena ada seseorang yang memuji 'Utsman radhiyallohu 'anhu maka
Miqdad berjongkok dan menaburkan ke mukanya. Kemudian 'Utsman bertanya
mengapa dia melakukan hal tersebut. Miqdad berkata, sesungguhnya Nabi
Shallallohu 'alaihi wa sallam bersabda, "Apabila kalian melihat
orang-orang yang suka memuji, maka taburkanlah debu ke muka mereka!"
Bagaimanapun, seyogyanya bagi setiap orang untuk tidak berbicara
kecuali yang baik. Karena Nabi Shallallohu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah berkata baik
atau diam." Dan Alloh lah yang Maha memberikan petunjuk.
Selesai perkataan Ibnu 'Utsaimin rahimahullah
Saya tambahkan penjelasan dari Ustadz Badrussalam, apabila kita hendak
memuji seseorang, jangan puji di depannya, tetapi pujilah ketika dia
tidak berada di tempat tersebut.
Allohu a'lam
Rabu, 17 Juni 2009
Inna Ma`al Usri Yusra
Ayat ini menyatakan tentang hukum alam yang tak bisa diutak-atik tentang penciptaan manusia; bahwa manusia itu harus bekerjakeras, harus berada dalam kesulitan dan harus menjalani kehidupan yang tertekan. Itu artinya kita harus mengenali kenyataan diri dan kemudian membangun siasatbagaimana menghadapi kehidupan.
Sahabat, dunia ini adalah tempat kita menerima ujian. Tentunya kesulitan akan datang silih berganti sesuai dengan keimanan kita. Semakin tinggi iman kita, semakin berat pula ujian kita. Mungkin lelah akan menghampiri dalam menghadapi kesulitan itu. Namun, jika kita ambil hikmah dari setiap cobaanNya, oh.....betapa MANISNYA!!
SAHABAT, kesulitan yang kita hadapi harus kita anggap bagai awan musim panas yang sebentar lagi akan berlalu. Tidak jarang gemuruh petirnya, sambaran kilatnya sering membuat kita enggan mendengarnya bahkan sampai kita menutup telinga agar tak mendengarnya. Padahal setelah itu, mungkin pelangi terindah akan muncul tanpa kita sadari.
SAHABAT..............
Jika sendiri terasa sepi, ada Alloh yang mengawasi..........
Jika sedih, jangan dipendam dihati, ada Alloh tempat berbagi.............
Jika susah, jangan menjadi pilu, ada Alloh tempat mengadu................
Jika gagal, jangan putus asa, ada Alloh tempat meminta................
Jika bahagia, jangan menjadi lupa, ada Alloh yang patut dipuja.....
PAcaRaN
Pacaran biasa diartikan sebagai hubungan khusus dua insan lain jenis sebagai masa pengenalan pribadi masing-masing sebelum masuk ke jenjang hubungan yang lebih serius, yakni pernikahan. Dalam kenyataannya, ternyata pacaran memiliki banyak tipe dan model:
- Dari Sisi Keseriusan
- Pacaran sebagai sarana untuk saling mengenal masing-masing pribadi, dan mempunyai tujuan ke jenjang hubungan yang lebih serius lagi, yakni pernikahan
- Pacaran hanya dijadikan sarana sekedar mencari teman, atau hiburan. Dan tidak ada tujuan menuju hubungan yang lebih serius lagi (pernikahan). Meskipun terkadang ketidakseriusan itu berujung pada keseriusan
- Dari Sisi Model dan Bentuk
- Pacaran dengan saling bertemu di antara dua insan lain jenis dan sekedar berbincang-bincang
- Pacaran dengan saling bertemu dan bersentuhan/berpegangan, bahkan jalan-jalan secara berduaan
- Pacaran tanpa bertemu satu sama lainnya, namun tetap berhubungan melalui surat, internet atau telepon. Biasanya terjadi jika sang pacar sedang berada di daerah lain atau luar negeri karena kondisi kuliah atau pekerjaan.
- Pacaran hingga melakukan hubungan intim seperti layaknya suami dan isteri
Baik pacaran yang serius atau yang sekedar iseng, dari segi model dan bentuk tidak terlepas empat model di atas. Setiap model dan bentuk pacaran yang tersebut di atas mempunyai hukum masing-masing
- Pacaran yang dilakukan antara dua insan lain jenis dengan bertemu dan mengobrol berduaan tanpa didampingi mahramnya adalah haram. Sebagaimana sabda Rasulullah saw:
وعن ابن عباس رضي الله عنهما أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: "لا يخلون أحدكم بامرأة إلا مع ذي محرم" ((متفق عليه)).
Dari Ibnu Abbas ra, bahwa Rasulullah saw bersabda: "Janganlah seorang di antara kamu berduaan dengan seorang wanita kecuali bersama mahramnya" (HR: Bukhori-Muslim)
- Pacaran dengan saling bertemu dan bersentuhan/berpegangan, bahkan jalan-jalan secara berduaan adalah perbuatan yang diharamkan pula. Sebagaimana hadits yang telah disebutkan di atas. Hadits lainnya antara lain:
وعن أبي هريرة رضي الله عنه أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: "كُتب على ابن آدم نصيبه من الزنا مدرك ذلك لا محالة: العينان زناهما النظر، والأذنان زناهما الاستماع، واللسان زناه الكلام، واليد زناها البطش، والرجل زناها الخطا، والقلب يهوى ويتمنى، ويصدق ذلك الفرج أو يكذبه". ((متفق عليه. وهذا لفظ مسلم، ورواية البخاري مختصرة)).
Dari Abu Hurairah ra, bahwa Nabi saw bersabda, "Telah ditulis pada anak Adam bagiannya dari zina, yang pasti ditemuinya tidak mustahil lagi: kedua mata zinanya adalah penglihatan, kedua telinga zinanya adalah pendengaran, lidah zinanya adalah ucapan, tangan zinanya adalah memegang, kaki zinanya adalah melangkah, hati bernafsu dan berangan-angan, kemudian kemaluan membenarkannya atau mendustakannya. (HR: Bukhori-Muslim)
- Pacaran tanpa bertemu satu sama lainnya, namun tetap berhubungan melalui surat, internet atau telepon. Biasanya terjadi jika sang pacar sedang berada di daerah lain atau luar negeri karena kondisi kuliah atau pekerjaan. Atau boleh jadi setelah ta'aruf dan dalam proses menuju khitbah (lamaran), atau sekedar bertemu lalu karena tertarik lalu sms-an melalui hp atau berbicara melalui telepon dan lainnya. Jenis pacaran ini pun dapat berdosa jika membuat hati bernafsu dan berangan-angan, meskipun dosanya tidak seperti berpegangan/bersentuhan, atau berduaan tanpa didampingi mahramnya.
- Sedangkan jenis pacaran seperti layaknya hubungan suami isteri maka hal ini lebih berdosa lagi dan termasuk dosa besar. Sebagaimana firman Allah SWT:
الزَّانِيَةُ وَالزَّانِي فَاجْلِدُوا كُلَّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا مِائَةَ جَلْدَةٍ وَلَا تَأْخُذْكُمْ بِهِمَا رَأْفَةٌ فِي دِينِ اللَّهِ إِنْ كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ
"Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat" (QS. An-Nur: 2)
Jika hukum haram dapat diklasifikasikan, maka :
- Berpacaran tanpa berduaan dan hanya lewat telepon, sms, surat dan lainnya adalah HARAM RINGAN. Karena pacaran jenis ini mengundang hati menjadi bernafsu dan bahkan kemaluan bisa menyetujuinya.
- Berpacaran dengan berduaan tanpa mahram adalah HARAM SEDANG, karena "tidaklah seorang laki-laki dan perempuan berduaan, melainkan yang ketiganya adalah syaitan". Berduaan dengan lain jenis tanpa mahram mengundang dosa yang lebih besar lagi, seperti bersentuhan atau ciuman.
- Berpacaran dengan saling bersentuhan atau ciuman adalah HARAM SEDANG-BERAT. Karena pacaran jenis ini akan mengundang kepada perbuatan yang lebih besar lagi dosanya.
- Berpacaran laiknya seperti hubungan suami isteri. Jenis pacaran ini adalah termasuk HARAM BERAT atau dosa besar, sebagaimana yang telah dijelaskan di atas.
Yakinlah bahwa pacaran tidak menjamin mengantarkan kita pada perjodohan. Sebagaimana banyak perjodohan pun terjadi dalam waktu singkat tanpa pacaran. Bertawakkal dan berserah dirilah pada Allah, Allah akan mengabulkan hamba-Nya jika proses dan niatnya adalah baik.
Wallahu a'lam bish-showab.
adakah manusia sebelum adam?
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui
Ada beberpa pendapat sahabat dan Ulama Tafsir dalam menfsirkan ayat di atas:
Dalam kitab Tafsir al-Qur’an al-Adzim jilid I hal 91-93 Ibnu Katsir mengemukakan beberapa pendapat dari Sahabat, Tabiin an para ulama:
1. Ibnu Abbas berkata, “Yang pertama menempati bumi adalah bangsa jin, lalu mereka berbuat kerusakan dan saling membunuh, lalu Allah mengutus Iblis membunh mereka dan bangsanya hingga mereka terpojok ke daerah-daerah pegunungan dan laut. Kemudian Allah menciptakan Adam untuk ditempatkan di muka bumi.
2. Abu Ja’far al-Rozi meriwayatkan dari al-Rabi’ bin Anas dsri Abu al-Aliyah saat menafsirkan ayat di atas berkata, “Allah menciptkan malaikat di hari Rabu, meciptakan jin di hari Kamis, dan menciptakan manusia di hari Jum’at. Lalu bangsa jin melakukan kerusakan, maka para malaikat turun memerangi mereka. Oleh karena itu, malaikat mengetahui sifat mereka yang melakukan kerusakan, sehingga ketika Allah akan menciptakan manusia, bertanya: “Apakau Engakau akan menciptakan orang yang akan melakukan kerusakan di permukaan bumi?”
3. Mujahid dan Abdullah bin Amr berkata, “Jin dan keturunannya tinggal di bumi 2000 tahun sebelum diciptakannya Adam, mereka melakukan kerusakan di bumi dan saling membunuh, lalu Allah mengutus tentara dari bangsa Malaikat dan memerangi mereka hingga mereka terpojok di lautan, oleh karena itu malaikat bertanya hal itu saat Allah akan memberitahu akan menciptkan manusia.
4. Mubarok bin Fadholah dari al-Hasan berkata, “Allah berkata kepada malaikat bahwa Dia akan menciptkan khalifah di atas bumi, lalu Allah memberitahu bahwa sifat manusia yang akan diciptakannya begini dan begini, kemudian Malaikat bertanya: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Pendapat in juga didukung oleh Qotadah dan Abdurrozak bin Ma’mar
5. Ibnu Jarir berkata:, “Timbulnya pertanyaan malaikat tersebut setelah Allah memberitahu malaikat tentang sifat manusia dan Allah mengizinkan malakat untuk bertanya. Lalu Allah menjawab "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”
Sedangkan Musrhofa al-Maraghi dalam kitabnya “Tafsir al-Maraghi” mengemukakan dua pendapat utama, yakni:
1. Pendapat Ulama Mutaqoddimin (Salaf): menyerahkan perkara ini kepada Allah dalam hal maksud dan tujuan ayat ini, sambil meyakini bahwa Allah tidak menceritakan sesuatu kecuali agar kita dapat mengambil pelajaran untuk kebaikan akhlak dan amal kita. Setidaknya, dari ayat tersebut memberikan hikmah sebagai berikut:
1. Agar manusia berserah diri dan tidak terlalu sibuk mencari rahasia dibalik penciptaan Allah, karena Malaikat sebagai makhluk paling taat dan dekat pada Allah saja tidak mampu mengetahuinya, apalagi kita.
2. Agar manusia tunduk pada Allah, karena Allah-pun menginginkan agar malaikat tunduk pada keputusan Allah dengan jawabannya “Sesungguhnya Aku mengetahui apa-apa yang kamu tidak ketahui”
3. Allah mengizinkan makhluknya untuk bertanya dan encari jawaban suatu hikmah dari penciptaan, lalu menyerahkannya kepada Allah agar mendapat ilmu yang berguna
4. Sebagai hiburan bagi Nabi, karena Nabi menghadapi pendustaan dan pertanyaan serta perdebatan dari Kuam Musyrikin atas risalah Nabi. Demikian juga halnya Allah yang mendapat pertanyaan dari Malaikat. Bila Allah saja ditanya Malaikat, apalagi Nabi yang ditanya dan didebat oleh manusia )kaum Musyrikin)
2. Pendapat Ulama Mutaakhirin (Kontemporer):
Pertanyaan yang diajukan Malaikat kepada Allah adalah karena mereka ingin mengetahui hikmah dibalik penciptaan. Dan Allah menjawab bahwa Allah menyimpan segala hikmah dalam penciptaan tersebut. (pendapat ini merupakan pendapat Rasyid Ridho)
Dengan demikian, dari penjelasan di atas, dapat kita simpulkan sebagai berikut:
1. Memang sebelum Adam as (bangsa manusia) diciptakan, sudah ada makhluk Allah yang menempati bumi, yakni bangsa jin. Mereka melakukan kerusakan, sehingga ketika Allah memberitahu para malaikat bahwa Allah akan menciptakan khlaifah di atas bumi, para Malaikat pun mengajukan pertanyaan seperti yang tersebut adalam ayat tersebut.
2. Timbulnya pertanyaan yang diajukan malaikat kepada Allah "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" dapat dikarenakan dua hal:
1. Malaikat mengetahui sifat makhluk sebelumnya yakni jin yang tinggal di bmi dan mereka berbuat kerusakan di atas bumi. Sehingga saat Allah memberitahu akan menciptakan khlafiah, malaikat mengajukan pertanyaan tersebut
2. Saat Allah memberitahu bahwa Dia akan meciptkan manusia, Allah memberitahu juga kepada malaikat bahwa sifat dan kelakuan manusia akan melakukan kerusakan dan pembunuhan, sehingga malaikat mengajukan pertanyaan tersebut
3. Manusia pertama adalah Adam, dan manusia adalah anak keturunan Adam. Sebagaimana hadits-hadits Nabi saw menjelaskan hal itu, di antaranya:
Dari Ibnu Umar ra, bahwa Rasulullah saw berkhutbah di Makkah dan bersabdam “Wahai sekalian manusia! Sesungguhnya Allah telah menghilangkan kebanggaan jahiliyyah dan nenek moyangnya. Maka manusia hanya dua; orang baik, bertaqwa dan mulia di sisi Allah, dan orang sengsara dan hina di sisi Allah. MAnusia adalah anak keturunan Adam, dan Allah menciptakan Adam berasal dari tanah” (HR: Tirmidzi)
Dari Abi Hurairah berkata, Rasulullah saw bersabda, “Manusia adalah anak keturunan Adam, dan Adam berasal dari tanah”.
hukum Menguap dalam Sholat
Dalam beberapa hadits, menguap merupakan perbuatan dari syaithan. Sebagaimana hadits Nabi saw:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ التَّثَاؤُبُ مِنْ الشَّيْطَانِ فَإِذَا تَثَاءَبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَرُدَّهُ مَا اسْتَطَاعَ فَإِنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا قَالَ هَا ضَحِكَ الشَّيْطَانُ
Dari Abi Hurairah ra, dari Nabi saw berkata, “Menguap adalah dari syaitan, maka jika salah seorang di antara kalian menguap maka hendaklah menahannya semampunya, sebab jika seorang di antara kalian menguap “haa”, maka syaitan tertawa. (shahih Bukhori 11/66)
Karena menguap adalah pebuatan dari syaitan, maka ia selalu ingin menggoda kita agar kita malas bekerja dan beraktifitas, termasuk di dalamnya saat kita melaksanakan ibadah shalat. Dalam suatu hadits, Rasulullah saw bersabda:
عنأبي هريرة ، قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: إذا نادى المنادي أدبر الشيطان وله ضراط فإذا قضى أقبل حتى يخطر بين الرجل وبين نفسه ، يقول : اذكر كذا وكذا ما لم يكن يذكر
Abu Hurairah berkata, Rasulullah saw bersabda: “Jika seorang mudzain mengumandangkan adzan maka syaithan berpaling lari hingga keluar angin (kentut). Dan jika selesai adzan, syaitan kembali sehingga mengganggu antara orang dan antara dirinya, dia berkata: ingatlah ini dan itu, selama dia tidak mengingat.” (Al-Aushat ibnu Munzdir 4/106)
Hadits ini menjelaskan kepada kita bahwa meskipun syaitan takut saat mendengar adzan, namun saat adzan selesai dikumandangkan, syaitan datang kembali untuk menggoda orang-orang yang akan dan sedang shalat, baik dengan cara menyibukkan kita dengan pikiran-pikiran tertentu, atau dengan mengingat-ingat sesuatu yang tidak penting dan tidak ada kaitannya dengan sholat. Termasuk cara syaitan untuk mengganggu kita dalam sholat dengan seringnya kita menguap.
Menguap adalah suatu sikap yang tidak bisa kita hindari, apalagi jika tubuh kita mengalami kelelahan atau kurang tidur. Oleh karena itu Rasulullah saw dan sahabat mengajarkan kepada kita, agar saat kita menguap segera mengambil tindakan-tindakan berikut:
1. Menahannya (tidak membuka semua mulut) sedapat mungkin sebagaimana hadits di atas
2. Tidak mengeluarkan suara, termasuk suara “haa” atau “huaa”, apalagi dengan suara keras, karena dengan begitu akan membuat syaitan tertawa senang
3. Menutup mulut saat menguap dengan tangan, terutama dengan tangan kiri
عن سُهَيْلُ بْنُ أَبِي صَالِحٍ قَالَ سَمِعْتُ ابْنًا لِأَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ يُحَدِّثُ أَبِي عَنْ أَبِيهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا تَثَاوَبَ أَحَدُكُمْ فَلْيُمْسِكْ بِيَدِهِ عَلَى فِيهِ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَدْخُلُ
Dari Suhail bin Abi Sholih berkata, aku mendengar putera Abi Said al-Khudri menceritakan pada ayahku, dari ayahnya dia berkata: Rasulullah saw bersabda; Jika seorang di antaramu menguap maka hendaklah menahan dengan tangannya diletakkan di mulutnya, karena syaitan akan masuk.” (Shahih Muslim 14/264)
4. Mangatasinya dengan ‘berdehem’
عن مغيرة عن إبراهيم قال إني لادفع التثاؤب في الصلاة بالتنحنح
Dari Mughiraoh, dari Ibahim berkata: “Sesungguhnya aku menahan uapan saat shalat dengan berdehem.”
5. Menahannya dengan menutup bibir dan mengusap hidung
عن منصور عن إبراهيم قال إذا تثاءب في الصلاة ضم شفتيه ومسح أنفه
Dari Manshur, dari ibrahim berkata: “Jika seseorang menguap dalam shalat, maka hendaklah ia menutup kedua bibirnya dan mengusap hidungnya.
6. Berlindung kepada Allah dari sikap menguap yang merupakan perbuatan syitan
عن ابن مسعود قال التثاؤب في الصلاة والعطاس من الشيطان فتعوذوا بالله منه.
Dari Ibnu Mas’ud berkata, menguap dalam shalat dan bersin adalah dari syaitan maka hendaklah kalian berlindung kepada Allah dari padanya”
Yang dimaksud dengan bersin disini adalah bersin besar dengan mengeluarkan suara besar, karena dalam hadits lain justru bersin itu dari Allah
7. Saat menguap, hendaknya berhenti dari membaca, karena dikhawatirkan bacaan kita akan salah. Setelah selesai menguap, barulah melanjutkan bacaannya.
عن عثمان بن الاسود عن مجاهد قال إذا تثاءب في الصلاة فليمسك عن القراءة
Dari Utsman bin al-Aswa, dari Mujahid berkata; “Jika seseorang menguap dalam shalat maka hendaklah ia berhenti dari bacaan.”
wallahu`alam bishowab
Kamis, 04 Juni 2009
Bincang-Bincang Tentang Hukum Facebook
Alhamdulillah wa shalaatu wa salaamu ‘ala Rosulillah wa ‘ala alihi wa shohbihi ajma’in.
Para pembaca yang semoga dirahmati oleh Allah Ta’ala. Belakangan ini di antara kita pernah mendengar fatwa haramnya Facebook, sebuah layanan pertemanan di dunia maya yang hampir serupa dengan Friendster dan layanan pertemanan lainnya. Banyak yang bingung dalam menyikapi fatwa semacam ini. Namun, bagi orang yang diberi anugerah ilmu oleh Allah tentu tidak akan bingung mengenai fatwa tersebut.
Dalam tulisan yang singkat ini, dengan izin dan pertolongan Allah kami akan membahas tema yang cukup menarik ini, yang sempat membuat sebagian orang kaget. Tetapi sebelumnya, ada beberapa preface yang akan kami kemukakan.Semoga Allah memudahkannya.
Dua Kaedah yang Mesti Diperhatikan
Saudaraku, yang semoga selalu mendapatkan taufik dan hidayah Allah Ta’ala. Dari hasil penelitian dari Al Qur’an dan As Sunnah, para ulama membuat dua kaedah ushul fiqih berikut ini:
Hukum asal untuk perkara ibadah adalah terlarang dan tidaklah disyari’atkan sampai Allah dan Rasul-Nya mensyari’atkan.
Sebaliknya, hukum asal untuk perkara ‘aadat (non ibadah) adalah dibolehkan dan tidak diharamkan sampai Allah dan Rasul-Nya melarangnya.
Apa yang dimaksud dua kaedah di atas?
Untuk kaedah pertama yaitu hukum asal setiap perkara ibadah adalah terlarang sampai ada dalil yang mensyariatkannya. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa ibadah adalah sesuatu yang diperintahkan atau dianjurkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa yang memerintahkan atau menganjurkan suatu amalan yang tidak ditunjukkan oleh Al Qur’an dan hadits, maka orang seperti ini berarti telah mengada-ada dalam beragama (baca: berbuat bid’ah). Amalan yang dilakukan oleh orang semacam ini pun tertolak karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda,
“Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan ajaran kami, maka amalan tersebut tertolak.” (HR. Muslim no. 1718)
Namun, untuk perkara ‘aadat (non ibadah) seperti makanan, minuman, pakaian, pekerjaan, dan mu’amalat, hukum asalnya adalah diperbolehkan kecuali jika ada dalil yang mengharamkannya. Dalil untuk kaedah kedua ini adalah firman Allah Ta’ala,
“Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu”. (QS. Al Baqarah: 29).
Maksudnya, adalah Allah menciptakan segala yang ada di muka bumi ini untuk dimanfaatkan. Itu berarti diperbolehkan selama tidak dilarangkan oleh syari’at dan tidak mendatangkan bahaya.
Allah Ta’ala juga berfirman,
“Katakanlah: “Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan- Nya untuk hamba-hamba- Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezki yang baik?” Katakanlah: “Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat .” Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui.” (QS. Al A’raaf: 32).
Dalam ayat ini, Allah Ta’ala mengingkari siapa saja yang mengharamkan makanan, minuman, pakaian, dan semacamnya.
Jadi, jika ada yang menanyakan mengenai hukum makanan “tahu”? Apa hukumnya? Maka jawabannya adalah “tahu” itu halal dan diperbolehkan.
Jika ada yang menanyakan lagi mengenai hukum minuman “Coca-cola”? Apa hukumnya? Maka jawabannya juga sama yaitu halal dan diperbolehkan.
Begitu pula jika ada yang menanyakan mengenai jual beli laptop? Apa hukumnya? Jawabannya adalah halal dan diperbolehkan.
Jadi, untuk perkara non ibadah seperti tadi, hukum asalnya adalah halal dan diperbolehkan kecuali ada dalil yang mengharamkannya. Makan bangkai menjadi haram, karena dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya. Begitu pula pakaian sutra bagi laki-laki diharamkan karena ada dalil yang menunjukkan demikian. Namun asalnya untuk perkara non ibadah adalah halal dan diperbolehkan.
Oleh karena itu, jika ada yang menanyakan pada kami bagaimana hukum Facebook? Maka kami jawab bahwa hukum asal Facebook adalah sebagaimana handphone, email, blog, internet, radio, dan alat-alat teknologi lainnya yaitu sama-sama mubah dan diperbolehkan.
Hukum Sarana sama dengan Hukum Tujuan
Perkara mubah (yang dibolehkan) itu ada dua macam. Ada perkara mubah yang dibolehkan dilihat dari dzatnya dan ada pula perkara mubah yang menjadi wasilah (perantara) kepada sesuatu yang diperintahkan atau sesuatu yang dilarang.
Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di –rahimahullah- mengatakan,
“Perkara mubah dibolehkan dan diizinkan oleh syari’at untuk dilakukan. Namun, perkara mubah itu dapat pula mengantarkan kepada hal-hal yang baik maka dia dikelompokkan dalam hal-hal yang diperintahkan. Perkara mubah terkadang pula mengantarkan pada hal yang jelek, maka dia dikelompokkan dalam hal-hal yang dilarang.
Inilah landasan yang harus diketahui setiap muslim bahwa hukum sarana sama dengan hukum tujuan (al wasa-il laha hukmul maqhosid).”
Maksud perkataan beliau di atas:
Apabila perkara mubah tersebut mengantarkan pada kebaikan, maka perkara mubah tersebut diperintahkan, baik dengan perintah yang wajib atau pun yang sunnah. Orang yang melakukan mubah seperti ini akan diberi ganjaran sesuai dengan niatnya.
Misalnya : Tidur adalah suatu hal yang mubah. Namun, jika tidur itu bisa membantu dalam melakukan ketaatan pada Allah atau bisa membantu dalam mencari rizki, maka tidur tersebut menjadi mustahab (dianjurkan/ disunnahkan) dan akan diberi ganjaran jika diniatkan untuk mendapatkan ganjaran di sisi Allah.
Begitu pula jika perkara mubah dapat mengantarkan pada sesuatu yang dilarang, maka hukumnya pun menjadi terlarang, baik dengan larangan haram maupun makruh.
Misalnya : Terlarang menjual barang yang sebenarnya mubah namun nantinya akan digunakan untuk maksiat. Seperti menjual anggur untuk dijadikan khomr.
Contoh lainnya adalah makan dan minum dari yang thoyib dan mubah, namun secara berlebihan sampai merusak sistem pencernaan, maka ini sebaiknya ditinggalkan (makruh).
Bersenda gurau atau guyon juga asalnya adalah mubah. Sebagian ulama mengatakan, “Canda itu bagaikan garam untuk makanan. Jika terlalu banyak tidak enak, terlalu sedikit juga tidak enak.” Jadi, jika guyon tersebut sampai melalaikan dari perkara yang wajib seperti shalat atau mengganggu orang lain, maka guyon seperti ini menjadi terlarang.
Oleh karena itu, jika sudah ditetapkan hukum pada tujuan, maka sarana (perantara) menuju tujuan tadi akan memiliki hukum yang sama. Perantara pada sesuatu yang diperintahkan, maka perantara tersebut diperintahkan. Begitu pula perantara pada sesuatu yang dilarang, maka perantara tersebut dilarang pula. Misalnya tujuan tersebut wajib, maka sarana yang mengantarkan kepada yang wajib ini ikut menjadi wajib.
Contohnya : Menunaikan shalat lima waktu adalah sebagai tujuan. Dan berjalan ke tempat shalat (masjid) adalah wasilah (perantara). Maka karena tujuan tadi wajib, maka wasilah di sini juga ikut menjadi wajib. Ini berlaku untuk perkara sunnah dan seterusnya.
Intinya, Hukum Facebook adalah Tergantung Pemanfaatannya
Jadi intinya, hukum facebook adalah tergantung pemanfaatannya. Kalau pemanfaatannya adalah untuk perkara yang sia-sia dan tidak bermanfaat, maka facebook pun bernilai sia-sia dan hanya membuang-buang waktu. Begitu pula jika facebook digunakan untuk perkara yang haram, maka hukumnya pun menjadi haram. Hal ini semua termasuk dalam kaedah “al wasa-il laha hukmul maqhosid (hukum sarana sama dengan hukum tujuan).” Di bawah kaedah ini terdapat kaedah derivat atau turunan yaitu:
1. Maa laa yatimmul wajibu illah bihi fa huwa wajib (Suatu yang wajib yang tidak sempurna kecuali dengan sarana ini, maka sarana ini menjadi wajib)
2. Maa laa yatimmul masnun illah bihi fa huwa masnun (Suatu yang sunnah yang tidak sempurna kecuali dengan sarana ini, maka sarana ini menjadi wajib)
3. Maa yatawaqqoful haromu ‘alaihi fa huwa haromun (Suatu yang bisa menyebabkan terjerumus pada yang haram, maka sarana menuju yang haram tersebut menjadi haram)
4. Wasail makruh makruhatun (Perantara kepada perkara yang makruh juga dinilah makruh)
Maka lihatlah kaedah derivat yang ketiga di atas. Intinya, jika facebook digunakan untuk yang haram dan sia-sia, maka facebook menjadi haram dan terlarang.
Kita dapat melihat bahwa tidak sedikit di antara pengguna facebook yang melakukan hubungan gelap di luar nikah di dunia maya. Padahal lawan jenis yang diajak berhubungan bukanlah mahram dan bukan istri. Sungguh, banyak terjadi perselingkuhan karena kasus semacam ini. Jika memang facebook banyak digunakan untuk tujuan-tujuan seperti ini, maka sungguh kami katakan, “Hukum facebook sebagaimana hukum pemanfaatannya. Kalau dimanfaatkan untuk yang haram, maka facebook pun menjadi haram.”
Waktu yang Sia-sia Di Depan Facebook
Saudaraku, inilah yang kami ingatkan untuk para pengguna facebook. Ingatlah waktumu! Kebanyakan orang betah berjam-jam di depan facebook, bisa sampai 5 jam bahkan seharian, namun mereka begitu tidak betah di depan Al Qur’an dan majelis ilmu. Sungguh, ini yang kami sayangkan bagi saudara-saudaraku yang begitu gandrung dengan facebook. Oleh karena itu, sadarlah!!
Semoga beberapa nasehat ulama kembali menyadarkanmu tentang waktu dan hidupmu.
Imam Asy Syafi’i rahimahullah pernah mengatakan,
“Aku pernah bersama dengan seorang sufi. Aku tidaklah mendapatkan pelajaran darinya selain dua hal. Pertama, dia mengatakan bahwa waktu bagaikan pedang. Jika kamu tidak memotongnya (memanfaatkannya) , maka dia akan memotongmu.”
Lanjutan dari perkataan Imam Asy Syafi’i di atas,
“Kemudian orang sufi tersebut menyebutkan perkataan lain: Jika dirimu tidak tersibukkan dengan hal-hal yang baik (haq), pasti akan tersibukkan dengan hal-hal yang sia-sia (batil).” (Al Jawabul Kafi, 109, Darul Kutub Al ‘Ilmiyah)
Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan,
“Waktu manusia adalah umurnya yang sebenarnya. Waktu tersebut adalah waktu yang dimanfaatkan untuk mendapatkan kehidupan yang abadi dan penuh kenikmatan dan terbebas dari kesempitan dan adzab yang pedih. Ketahuilah bahwa berlalunya waktu lebih cepat dari berjalannya awan (mendung). Barangsiapa yang waktunya hanya untuk ketaatan dan beribadah pada Allah, maka itulah waktu dan umurnya yang sebenarnya. Selain itu tidak dinilai sebagai kehidupannya, namun hanya teranggap seperti kehidupan binatang ternak.”
Ingatlah … kematian lebih layak bagi orang yang menyia-nyiakan waktu.
Ibnul Qayyim mengatakan perkataan selanjutnya yang sangat menyentuh qolbu,
“Jika waktu hanya dihabiskan untuk hal-hal yang membuat lalai, untuk sekedar menghamburkan syahwat (hawa nafsu), berangan-angan yang batil, hanya dihabiskan dengan banyak tidur dan digunakan dalam kebatilan, maka sungguh kematian lebih layak bagi dirinya.” (Al Jawabul Kafi, 109)
Marilah Memanfaatkan Facebook untuk Dakwah
Inilah pemanfaatan yang paling baik yaitu facebook dimanfaatkan untuk dakwah. Betapa banyak orang yang senang dikirimi pesan nasehat agama yang dibaca di inbox, note atau melalui link mereka. Banyak yang sadar dan kembali kepada jalan kebenaran karena membaca nasehat-nasehat tersebut.
Jadilah orang yang bermanfaat bagi orang lain apalagi dalam masalah agama yang dapat mendatangkan kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Dari Jabir, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling memberikan manfaat bagi orang lain.” (Al Jaami’ Ash Shogir, no. 11608)
Dari Abu Mas’ud Al Anshori, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa memberi petunjuk pada orang lain, maka dia mendapat ganjaran sebagaimana ganjaran orang yang melakukannya.” (HR. Muslim)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
“Jika Allah memberikan hidayah kepada seseorang melalui perantaraanmu maka itu lebih baik bagimu daripada mendapatkan unta merah (harta yang paling berharga bagi orang Arab saat itu).” (HR. Bukhari dan Muslim)
Lihatlah saudaraku, bagaimana jika tulisan kita dalam note, status, atau link di facebook dibaca oleh 5, 10 bahkan ratusan orang, lalu mereka amalkan, betapa banyak pahala yang kita peroleh. Jadi, facebook jika dimanfaatkan untuk dakwah semacam ini, sungguh sangat bermanfaat.
Penutup: Nasehat bagi Para Pengguna Facebook
Faedah dari perkataan Imam Asy Syafi’i:
“Jika dirimu tidak tersibukkan dengan hal-hal yang baik, pasti akan tersibukkan dengan hal-hal yang sia-sia (batil)”.(Al Jawabul Kafi, 109)
Kami hanya bisa berdoa kepada Allah, semoga Allah memberikan taufik dan hidayah bagi orang yang membaca tulisan ini. Semoga kita dimudahkan oleh Allah untuk memanfaatkan waktu dengan baik, dalam hal-hal yang bermanfaat.
Alhamdulillahilladz i bi ni’matihi tatimmush sholihaat. Wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam.
Rujukan:
Al Jawabul Kafi, Ibnu Qayyim Al Jauziyah, Darul Kutub Al ‘Ilmiyah
Al Qowa’id wal Ushul Al Jaami’ah, Abdurrahman bin Nashir As Sa’di, Darul Wathon Lin Nasyr
Jam’ul Mahshul fi Syarhi Risalah Ibni Sya’di fil Ushul, Abdullah bin Sholeh Al Fauzan, Dar Al Muslim
Risalah Lathifah, Abdurrahman bin Nashir As Sa’di
Rabu, 03 Juni 2009
Selasa, 02 Juni 2009
TERAPI RASULULLAH DALAM PENYEMBUHAN PENYAKIT AL-ISYQ (CINTA)
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah
Mukaddimah
Virus hati yang bernama cinta ternyata telah banyak memakan korban. Mungkin anda pernah mendengar seorang remaja yang nekat bunuh diri disebabkan putus cinta, atau tertolak cintanya. Atau anda pernah mendengar kisah Qeis yang tergila-gila kepada Laila. Kisah cinta yang bermula sejak mereka bersama mengembala domba ketika kecil hingga dewasa. Akhirnya sungguh tragis, Qeis benar-benar menjadi gila ketika laila dipersunting oleh pria lain. Apakah anda pernah mengalami problema seperti ini atau sedang mengalaminya? mau tau terapinya? Mari sama-sama kita simak terapi mujarab yang disampaikan Ibnu Qoyyim dalam karya besarnya Zadul Ma'ad.
Beliau berkata : Gejolak cinta adalah jenis penyakit hati yang memerlukan penanganan khusus disebabkan perbedaannya dengan jenis penyakit lain dari segi bentuk, sebab maupun terapinya. Jika telah menggerogoti kesucian hati manusia dan mengakar di dalam hati, sulit bagi para dokter mencarikan obat penawarnya dan penderitanya sulit disembuhkan.
Allah mengkisahkan penyakit ini di dalam Al-Quran tentang dua tipe manusia, pertama wanita dan kedua kaum homoseks yang cinta kepada mardan (anak laki-laki yang rupawan). Allah mengkisahkan bagaimana penyakit ini telah menyerang istri Al-Aziz gubernur Mesir yang mencintai Nabi Yusuf, dan menimpa Kaum Luth. Allah mengkisahkan kedatangan para malaikat ke negeri Luth
Dan datanglah penduduk kota itu (ke rumah Luth) dengan gembira (karena) kedatangan tamu-tamu itu. Luth berkata: "Sesungguhnya mereka adalah tamuku; maka janganlah kamu memberi malu (kepadaku), dan bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu membuat aku terhina ".Mereka berkata: "Dan bukankah kami telah melarangmu dari (melindungi) manusia?" Luth berkata: "Inilah puteri-puteri (negeri) ku (kawinlah dengan mereka), jika kamu hendak berbuat (secara yang halal)". (Allah berfirman): "Demi umurmu (Muhammad), sesungguhnya mereka terombang-ambing di dalam kemabukan (kesesatan)". [Al-Hijr: 68-72]
KEBOHONGAN KISAH CINTA NABI DENGAN ZAINAB BINTI JAHSY
Ada sekelompok orang yang tidak tahu menempatkan kedudukan Rasul sebagaimana layaknya, beranggapan bahwa Rasulullah tak luput dari penyakit ini sebabnya yaitu tatkala beliau melihat Zaenab binti Jahsy sambil berkata kagum: Maha Suci Rabb yang membolak-balik hati, sejak itu Zaenab mendapat tempat khusus di dalam hati Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, oleh karena itu Beliau berkata kepada Zaid bin Haritsah: Tahanlah ia di sisimu hingga Allah menurunkan ayat:
“Artinya : Dan (ingatlah), ketika kamu berkata kepada orang yang Allah telah melimpahkan ni`mat kepadanya dan kamu (juga) telah memberi ni`mat kepadanya : "Tahanlah terus isterimu dan bertakwalah kepada Allah", sedang kamu menyembunyikan di dalam hatimu apa yang Allah akan menyatakannya, dan kamu takut kepada manusia, sedang Allah-lah yang lebih berhak untuk kamu takuti. Maka tatkala Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap isterinya (menceraikannya), Kami kawinkan kamu dengan dia supaya tidak ada keberatan bagi orang mu'min untuk (mengawini) isteri-isteri anak-anak angkat mereka, apabila anak-anak angkat itu telah menyelesaikan keperluannya daripada isterinya. Dan adalah ketetapan Allah itu pasti terjadi” [Al-Ahzab :37] [1]
Sebagain orang beranggapan ayat ini turun berkenaan kisah kasmaran Nabi, bahkan sebagian penulis mengarang buku khusus mengenai kisah kasmaran para Nabi dan meyebutkan kisah Nabi ini di dalamnya. Hal ini terjadi akibat kejahilannya terhadap Al-Quran dan kedudukan para Rasul, hingga ia memaksakan kandungan ayat apa-apa yang tidak layak dikandungnya dan menisbatkan kepada Rasulullah suatu perbuatan yang Allah menjauhkannya dari diri Beliau .
Kisah sebenarnya, bahwa Zainab binti Jahsy adalah istri Zaid ibn Harisah .--bekas budak Rasulullah-- yang diangkatnya sebagai anak dan dipanggil dengan Zaid ibn Muhammad. Zainab merasa lebih tinggi dibandingkan Zaid. Oleh Sebab itu Zaid ingin menceraikannya. Zaid datang menemui Rasulullah minta saran untuk menceraikannya, maka Rasulullah menasehatinya agar tetap memegang Zainab, sementara Beliau tahu bahwa Zainab akan dinikahinya jika dicerai Zaid. Beliau takut akan cemoohan orang jika mengawini wanita bekas istri anak angkatnya. Inilah yang disembunyikan Nabi dalam dirinya, dan rasa takut inilah yang tejadi dalam dirinya. Oleh karena itu di dalam ayat Allah menyebutkan karunia yang dilimpahkanNya kepada Beliau dan tidak mencelanya karena hal tersebut sambil menasehatinya agar tidak perlu takut kepada manusia dalam hal-hal yang memang Allah halalkan baginya sebab Allah-lah yang seharusnya ditakutinya. Jangan Sampai beliau takut berbuat sesuatu hal yang Allah halalkan karena takut gunjingan manusia, setelah itu Allah memberitahukannya bahwa Allah langsung yang akan menikahkannya setelah Zaid menceraikan istrinya agar Beliau menjadi contoh bagi umatnya mengenai kebolehan menikahi bekas istri anak angkat, adapun menikahi bekas istri anak kandung maka hal ini terlarang.sebagaimana firman Allah:
"Artinya : Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu" [Al-Ahzab: 40]
Allah berfirman di pangkal surat ini:
"Artinya : Dan Dia tidak menjadikan anak-anak angkatmu sebagai anak kandungmu (sendiri). Yang demikian itu hanyalah perkataanmu di mulutmu saja" [Al-Ahzab : 4]
Perhatikanlah bagaiamana pembelaan terhadap Rasulullah ini, dan bantahan terhadap orang-orang yang mencelanya. Wabillahi at-Taufiq.
Tidak dipungkiri bahwa Rasulullah sangat mencintai istri-istrinya. Aisyah adalah istri yang paling dicintainya, namun kecintaannya kepada Aisyah dan kepada lainnya tidak dapat menyamai cintanya tertinggi, yakni cinta kepada Rabbnya. Dalam hadis shahih:
"Artinya : Andaikata aku dibolehkan mengambil seorang kekasih dari salah seorang penduduk bumi maka aku akan menjadikan Abu Bakar sebagai kekasih"[2]
KRITERIA MANUSIA YANG BERPOTENSI TERJANGKIT PENYAKIT AL-ISYQ
Penyakit al-isyq akan menimpa orang-orang yang hatinya kosong dari rasa mahbbah (cinta) kepada Allah, selalu berpaling dariNya dan dipenuhi kecintaan kepada selainNya. Hati yang penuh cinta kepada Allah dan rindu bertemu dengaanNya pasti akan kebal terhadap serangan virus ini, sebagaimana yang terjadi dengan Yusuf alaihis salam:
"Artinya ; Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusufpun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia tiada melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, agar Kami memalingkan daripadanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih" [Yusuf : 24]
Nyatalah bahwa Ikhlas merupakan immunisasi manjur yang dapat menolak virus ini dengan berbagai dampak negatifnya berupa perbuatan jelek dan keji.Artinya memalingkan seseorang dari kemaksiatan harus dengan menjauhkan berbagai sarana yang menjurus ke arah itu .
Berkata ulama Salaf: penyakit cinta adalah getaran hati yang kosong dari segala sesuatu selain apa yang dicinta dan dipujanya. Allah berfirman mengenai Ibu Nabi Musa:
"Artinya ; Dan menjadi kosonglah hati ibu Musa. Sesungguhnya hampir saja ia menyatakan rahasia tentang Musa, seandainya tidak Kami teguhkan hatinya" [Al-Qasas :11]
Yakni kosong dari segala sesuatu kecuali Musa karena sangat cintanya kepada
Musa dan bergantungnya hatinya kepada Musa.
BAGAIMANA VIRUS INI BISA BERJANGKIT ?
Penyakit al-isyq terjadi dengan dua sebab, Pertama : Karena mengganggap indah apa-apa yang dicintainya. Kedua: perasaan ingin memiliki apa yang dicintainya. Jika salah satu dari dua faktor ini tiada niscaya virus tidak akan berjangkit. Walaupun Penyakit kronis ini telah membingungkan banyak orang dan sebagian pakar berupaya memberikan terapinya, namun solusi yang diberikan belum mengena.
MAKHLUK DICIPTAKAN SALING MENCARI YANG SESUAI DENGANNYA
Berkata Ibn al-Qayyim: ketetapan Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan hikmahNya menciptakan makhlukNya dalam kondisi saling mencari yang sesuai dengannya, secara fitrrah saling tertarik dengan jenisnya, sebaliknya akan menjauh dari yang berbeda dengannya.
Rahasia adanya percampuran dan kesesuaian di alam ruh akan mengakibatkan adanya keserasian serta kesamaan, sebagaimana adanya perbedaan di alam ruh akan berakibat tidak adanya keserasian dan kesesuaian. Dengan cara inilah
tegaknya urusan manusia. Allah befirman:
"Artinya : Dialah Yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan daripadanya Dia menciptakan isterinya, agar dia merasa senang kepadanya” [Al-A'raf :189]
Dalam ayat ini Allah menjadikan sebab perasaan tentram dan senang seorang lelaki terhadap pasangannya karena berasal dari jenis dan bentuknya. Jelaslah faktor pendorong cinta tidak bergantung dengan kecantikan rupa, dan tidak pula karena adanya kesamaan dalam tujuan dan keingginan, kesamaan bentuk dan dalam mendapat petunjuk, walaupun tidak dipungkiri bahwa hal-hal ini merupakan salah satu penyebab ketenangan dan timbulnya cinta.
Nabi pernah mengatakan dalam sebuah hadisnya:
"Artinya : Ruh-ruh itu ibarat tentara yang saling berpasangan, yang saling mengenal sebelumnya akan menyatu dan yang saling mengingkari akan berselisih "[3]
Dalam Musnad Imam Ahmad diceritakan bahwa asbabul wurud hadis ini yaitu ketika seorang wanita penduduk Makkah yang selalu membuat orang tertawa hijrah ke Madinah ternyata dia tinggal dan bergaul dengan wanita yang sifatnya sama sepertinya yaitu senang membuat orang tertawa. Karena itulah nabi mengucapkan hadis ini.
Karena itulah syariat Allah akan menghukumi sesuatu menurut jenisnya, mustahil syariat menghukumi dua hal yang sama dengan perlakuan perbeda atau mengumpulkan dua hal yang kontradiktif. Barang siapa yang berpendapat lain maka jelaslah karena minimnya ilmu pengetahuannya terhadap syariat ini atau kurang memahami kaedah persamaan dan sebaliknya.
Penerapan kaedah ini tidak saja berlaku di dunia lebih dari itu akan diterapkan pula di akhirat, Allah berfirman:
"Artinya : (kepada malaikat diperintahkan): Kumpulkanlah orang-orang yang zalim beserta teman sejawat mereka dan sembahan-sembahan yang selalu mereka sembah" [As-Shaffat : 23]
Umar ibn Khtaab dan seteelahnya Imam Ahmad pernah berkata mengenai tafsiran wajahum yakni yang sesuai dan mirip dengannya .Allah juga berfirman
"Artinya : Dan apabila jiwa dipertemukan" [At-Takwir : 7]
Yakni setiap orang akan digiring dengan orang-orang yang sama prilakunya dengannya, Allah akan menggiring antara orang-orang yang saling mencintai kareNya di dalam surga dan akan menggiring orang orang yang saling bekasih-kasihan diatas jalan syetan di neraka Jahim, tiap oran akan digiring dengan siapa yang dicintainya mau tidak mau. Di dalam mustadrak Al-Hakim disebukan bahwa Nabi bersabda:
"Artinya : Tidaklah seseorang mencintai suatu kaum kecuali akan digiring bersama mereka kelak" [4]
[Diterjemahkan oleh : Ustadz Ahmad Ridwan,Lc (Abu Fairuz Al-Medani), Dari kitab : Zadul Ma'ad Fi Hadyi Khairi Ibad, Juz 4, halaman 265-274, Penulis Ibnu Qayyim Al-Jauziah]
_________
Foote Note
[1]. Ini berita batil yang diriwayatkan oleh Ibn Sa'ad dalam at-Tabaqat/101-102, dan al-Hakim 3/23 dari jalan Muhammad ibn Umar al Waqidi seorang yang Matruk (ditinggalkan)-- dan sebagian menggapnya sebagai pemalsu hadis, dari Muhakmmad ibn Yahya ibn Hibban--seorang yang siqah –namun riwayat yang diriwayatkannya dari Nabi sekuruhnya mursal. Kebatilah riwayat ini telah diterangkan oleh para ulama almuhaqqiqin. Mereka berkata: Penukil riwayat ini dan yang menggunakan ayat ini sebagai dalil terhadap prasangka buruk mereka mengenai Rasulullah sebenranya tidak meletetakkan kedudukan kenabian Rasulullah sebagaimana layaknya, dan tidak mengerti makna kemaksuman Beliau. Sesungguhnya yang disembunayikan Nabi di dalam dirinya dan belakangan Allah nampakkan adalah berita yang Allah sampaikan padanya bahwa kelak Zaenab akan menjadi istrinya. Faktor yang membuat nabi menyembunyikan berita ini tidak lain disebabkan perasaan takut beliau terhadap perkataan orang bahwa Beliau tega menikahi istri anak angkatnya . Sebenarnya dengan kisah ini Allah ingin membatakan tadisi jahiliyyah ini dalam hal adopsi , yaitu dengan menikahkan Rasulullah dengan istri anak angkatnya. Peristiwa yang terjadi dengan Rasulullah ini sebagai pemimpin manusia akan lebih diterima dan mengena di hati mereka.. Lihat Ahkam Alquran 3/1530,1532 karya Ibn Arabi dan Fathul Bari 8/303, Ibn Kastir 3/492, dan Ruhul Ma'ani 22/24-25.
[2]. Hadis diriwayatkan oleh Bukhari 7/15 dalam bab fadhail sahabat Nabi, dari jalan Abdullah ibn Abbas, dan diriwayatkan oleh Imam Muslim (2384) dalam Fadail Sahabat, bab keutamaan Abu Bakar, dari jalan Abdullah ibn Masud, dan keduanya sepakat meriwayatkan dari jalan Abu Sa'id al-khudri.
[3]. Hadis Riwayt Bukhari 7/267dari hadis Aisyah secara muallaq, dan Muslim (2638) dari jalan Abu Hurairah secara mausul
[4]. Diriwayatkan oleh Ahmad 6/145, 160, dan an-Nasai dari jalan Aisyah Bahwa Rasulullah Saw bersabda: Aku bersumpah terhadap tiga hal, Allah tidak akan menjadikan orang-orang yang memiliki saham dalam Islam sama dengan orang yang tidak memiliki saham, saham itu yakni: Sholat, puasa dan zakat. Tidak lah Allah mengangkat seseorang di dunia, kemudain ada selainNya yang dapat mengankat (derajatnya) di hari kiamat. Tidaklah seseorang mencintai suatu kaum kecuali kelak Allah akan menggumpulkannya bersama (di akhirat). Kalau boleh aku bersumpat terhadap yang keempat dan kuharap aku tiodak berdosa dalam hal ini yaitu tidaklah seseorang memberi pakaian kepada orang lain (untuk menutupi auratnya) kecuali Allah akn memberikannya pakaian penutup di hari kiamat. Para perawi hadis ini stiqah kecuali Syaibahal-khudri (di dalam Musnad di tulis keliru dengan al-isyq-hadromi). Dia meriwayatkan dari Urwah, dan dia tidak di tsiqahkan kecuali oleh Ibn Hibban, namun ada syahidnya dari hadist Ibn Masud dari jalur Abu Yala, dan Thabrani dari jalur Abu Umamah, dengan kedua jalan ini hadis ini menjadi sahih.
CINTA DAN JENIS-JENISNYA
Cinta memiliki berbagai macam jenis dan tingkatan, yang tertinggi dan paling mulia adalah mahabbatu fillah wa lillah (cinta karena Allah dan di dalam Agama Allah) yaitu cinta yang mengharuskan mencintai apa-apa yang dicintai Allah, yang dilakukan berlandaskan cinta kepada Allah dan RasulNya.
Cinta berikutnya adalah cinta yang terjalin karena adanya kesamaan dalam cara hidup, agama, mazhab, idiologi, hubungan kekeluargaaan, profesi dan kesamaan dalam hal-hal lainnya.
Diantara jenis cinta lainnya yakni cinta yang motifnya karena ingin mendapatkan sesuatu dari yang dicintainya, baik dalam bentuk kedudukan, harta, pengajaran dan bimbingan, ataupun kebutuhan biologis. Cinta yang didasari hal-hal seperti tadi yaitu al-mahabbah al-'ardiyah-- akan hilang bersama hilangnya apa-apa yang ingin didapatnya dari orang yang dicintai. Yakinlah bahwa orang yang mencintaimu karena sesuatu akan meninggalkanmu ketika dia telah mendapat apa yang diinginkannya darimu.
Adapun cinta lainnya adalah cinta yang berlandaskan adanya kesamaan dan kesesuaian antara yang mencintai dan yang dicinta. Mahabbah al-isyq termasuk cinta jenis ini tidak akan sirna kecuali jika ada sesuatu yang menghilangkannya. cinta jenis ini, yaitu berpadunya ruh dan jiwa, oleh karena itu tidak terdapat pengaruh yang begitu besar baik berupa rasa was-was, hati yang gundah gulana maupun kehancuran kecuali pada cinta jenis ini.
Timbul pertanyaan bahwa cinta ini merupakan bertemunya ikatan batin dan ruh, tetapi mengapa ada cinta yang bertepuk sebelah tangan? Bahkan kebanyakan cinta seperti ini hanya sepihak dari orang yang sedang kasamaran saja, jika cinta ini perpaduan jiwa dan ruh maka tentulah cinta itu akan terjadi antara kedua belah pihak bukan sepihak saja?
Jawabnya yaitu bahwa tidak terpenuhinya hasrat disebabkan kurangnya syarat tertentu, atau adanya penghalang sehingga tidak terealisasinya cinta antara keduanya. Hal ini disebabkan tiga faktor ; Pertama: bahwa cinta ini sebatas cinta karena adanya kepentingan, oleh karena itu tidak mesti keduanya saling mencintai, terkadang yang dicintai malah lari darinya. Kedua: adanya penghalang sehingga dia tidak dapat mencintai orang yang dicintanya, baik karena adanya cela dalam akhlak, bentuk rupa, sikap dan faktor lainnya. Ketiga: adanya penghalang dari pihak orang yang dicintai.
Jika penghalang ini dapat disingkirkan maka akan terjalin benang-benang cinta antara keduanya. Kalau bukan karena kesombongan, hasad, cinta kekuasaan dan permusuhan dari orang-orang kafir, niscaya para rasul-rasul akan menjadi orang yang paling mereka cintai lebih dari cinta mereka kepada diri, keluarga dan harta.
TERAPI PENYAKIT AL-ISYQ
Sebagai salah satu jenis penyakit, tentulah al-isyq dapat disembuhkan dengan terapi-terapi tertentu. Diantara terapi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Jika terdapat peluang bagi orang yang sedang kasmaran tersebut untuk meraih cinta orang yang dikasihinya dengan ketentuan syariat dan suratan taqdirnya, maka inilah terapi yang paling utama. Sebagaimana terdapat dalam sahihain dari riwayat Ibn Mas'ud Radhiyallahu, bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Artinya : Hai sekalian pemuda, barang siapa yang mampu untuk menikah maka hendaklah dia menikah , barang siap yang belum mampu maka hendaklah berpuasa karena puasa dapat menahan dirinya dari ketergelinciran (kepada perbuatan zina)".
Hadis ini memberikan dua solusi, solusi utama, dan solusi pengganti. Solusi petama adalah menikah, maka jika solusi ini dapat dilakukan maka tidak boleh mencari solusi lain. Ibnu Majah meriwaytkan dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
"Artinya : Aku tidak pernah melihat ada dua orang yang saling mengasihi selain melalui jalur pernikahan".
Inilah tujuan dan anjuran Allah untuk menikahi wanita, baik yang merdeka ataupun budak dalam firman-Nya:
"Artinya : Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah".[An-Nisa : 28]
Allah menyebutkan dalam ayat ini keringanan yang diberikannya terhadap hambaNya dan kelemahan manusia untuk menahan syahwatnya dengan membolehkan mereka menikahi para wanita yang baik-baik dua, tiga ataupun empat, sebagaimana Allah membolehkan bagi mereka mendatangi budak-budak wanita mereka. Sampai-sampai Allah membuka bagi mereka pintu untuk menikahi budak-budak wanita jika mereka butuh sebagai peredam syahwat, keringanan dan rahmati-Nya terhadap makluk yang lemah ini.
2. Jika terapi pertama tidak dapat dilakukan karena tertutupnya peluang menuju orang yang dikasihinya karena ketentuan syar'i dan takdir, penyakit ini bisa semangkin ganas. Adapun terapinya harus dengan meyakinkan dirinya bahwa apa-apa yang diimpikannya mustahil terjadi, lebih baik baginya untuk segera melupakannya. Jiwa yang berputus asa untuk mendapatkan sesuatu, niscaya akan tenang dan tidak lagi mengingatnya. Jika ternyata belum terlupakan, akan berpengaruh terhadap jiwanya sehingga semangkin menyimpang jauh.
Dalam kondisi seperti ini wajib baginya untuk mencari terapi lain yaitu dengan mengajak akalnya berfikir bahwa menggantungkan hatinya kepada sesuatu yang mustahil dapat dijangkau adalah perbuatan gila, ibarat pungguk merindukan bulan. Bukankah orang-orang akan mengganggapnya termasuk ke dalam kumpulan orang-orang yang tidak waras?
Apabila kemungkinan untuk mendapatkan apa yang dicintainya tertutup karena larangan syariat, terapinya adalah dengan mengangap bahwa yang dicintainya itu bukan ditakdirkan menjadi miliknya. Jalan keselamatan adalah dengan menjauhkan dirinya dari yang dicintainya. Dia harus merasa bahwa pintu kearah yang diingininya tertutup, dan mustahil tercapai.
3. Jika ternyata jiwanya yang selalu menyuruhnya kepada kemungkaran masih tetap menuntut, hendaklah dia mau meninggalkannya karena dua hal, pertama karena takut (kepada Allah) yaitu dengan menumbuhkan perasaan bahwa ada hal yang lebih layak dicintai, lebih bermanfaat, lebih baik dan lebih kekal. Seseorang yang berakal jika menimbang-nimbang antara mencintai sesuatu yang cepat sirna dengan sesuatu yang lebih layak untuk dicintai, lebih bermanfaat, lebih kekal dan lebih nikmat, akan memilih yang lebih tinggi derajatnya. Jangan sampai engkau menggadaikan kenikmatan abadi yang tidak terlintas dalam pikiranmu dengan kenikmatan sesaat yang segera berbalik menjadi sumber penyakit. Ibarat orang yang sedang bermimpi indah, ataupun menghayal terbang melayang jauh, ketika tersadar ternyata hanyalah mimpi dan khayalan, akhirnya sirnalah segala keindahan semu, tinggal keletihan, hilang nafsu dan kebinasaan menunggu.
Kedua keyakinan bahwa berbagai resiko yang sangat menyakitkan akan ditemuinya jika dia gagal melupakan yang dikasihinya, dia akan mengalami dua hal yang menyakitkan sekaligus, yaitu:gagal dalam mendapatkan kekasih yang diinginkannya, dan bencana menyakitkan dan siksa yang pasti akan menimpanya. Jika yakin bakal mendapati dua hal menyakitkan ini niscaya akan mudah baginya meninggalkan perasaan ingin memiliki yang dicinta.Dia akan bepikir bahwa sabar menahan diri itu lebih baik. Akal, agama , harga diri dan kemanusiaannya akan memerintahkannya untuk bersabar sedikit demi mendapatkan kebahagiaan yang abadi. Sementara kebodohan, hawa nafsu, kezalimannya kan memerintahkannya untuk mengalah mendapatkan apa yang dikasihinya . orang yang terhindar adalah orang-orang yang dipelihara oleh Allah.
4. Jika hawa nafsunya masih tetap ngotot dan tidak terima dengan terapi tadi, maka hendaklah berfikir mengenai dampak negatif dan kerusakan yang akan ditimbulkannya segera, dan kemasalahatan yang akan gagal diraihnya. Sebab mengikuti hawa nafsunya akan menimbulkan kerusakan dunia dan menepis kebaikan yang datang, lebih parah lagi dengan memperturutkan hawa nafsu ini akan menghalanginya untuk mendapat petunjuk yang merupakan kunci keberhasilannya dan kemaslahatannya.
5. Jika terapi ini tidak mempan juga untuknya, hendaklah dia selalu mengingat sisi-sisi kejelekan kekasihnya,dan hal-hal yang membuatnya dampat menjauh darinya, jika dia mau mencari-cari kejelekan yang ada pada kekasihnya niscaya dia akan mendapatkannya lebih dominan dari keindahannya, hendaklah dia banyak bertanya kepada orang-orang yang berada disekeliling kekasihnya tentang berbagai kejelekannya yang tersembunyi baginya. Sebab sebagaiman kecantikan adalah faktor pendorong seseorang untuk mencintai kekasihnya demikian pula kejelekan adalah pendorong kuat agar dia dapat membencinya dan menjauhinya. Hendaklah dia mempertimbangkan dua sisi ini dan memilih yang terbaik baginya. Jangan sampai terperdaya dengan kecantikan kulit dengan membandingkannya dengan orang yang terkena penyakit sopak dan kusta, tetapi hendaklah dia memalingkan pandangannnya kepada kejelelekan sikap dan prilakunya, hendaklah dia menutup matanya dari kecantikan fisik dan melihat kepada kejekan yang diceritakan mengenainya dan kejelekan hatinya.
6. Jika terapi ini masih saja tidak mempan baginya, maka terapi terakhir adalah mengadu dan memohon dengan jujur kepada Allah yang senantiasa menolong orang-orang yang ditimpa musibah jika memohon kepadaNya, hendaklah dia menyerahkan jiwa sepenuhnya dihadapan kebesaranNya, sambil memohon, merendahkan dan menghinakan diri. Jika dia dapat melaksankan terapi akhir ini, maka sesunguhnya dia telah membuka pintu taufik (pertolongan Allah). Hendaklah dia berbuat iffah (menjaga diri) dan menyembunyikan perasaannya, jangan sampai dia menjelek-jelekkan kekasihanya dan mempermalukannya dihadapan manusia, ataupun menyakitinya, sebab hal tersebut adalah kezaliman dan melampaui batas.
PENUTUP
Demikianlah kiat-kiat khusus untuk menyembuhkan penyakit ini. Namun ibarat kata pepatah: mencegah lebih baik daripada mengobati, maka sebelum terkena lebih baik menghindar. Bagaimana cara menghindarinya? tidak lain dengan tazkiyatun nafs.
Semoga pembahasan ini bermanfaat.
[Diterjemahkan oleh : Ustadz Ahmad Ridwan,Lc (Abu Fairuz Al-Medani), Dari kitab : Zadul Ma'ad Fi Hadyi Khairi Ibad, Juz 4, halaman 265-274, Penulis Ibnu Qayyim Al-Jauziah]
situs hadits online
Apa saja situs-situs hadits online yang ada?
Beberapa situs berikut kami dapatkan dari referensi teman-teman di dunia maya serta surfing di internet.
Antara lain:
- Hadits di www.al-islam.com. Hadits ditampilkan dalam bahasa Arab, Inggris, Indonesia, Melayu, Perancis, Deutch, dan Turki. Dalam versi Arab disertakan juga syarahnya. Sedangkan dalam bahasa Indonesia disingkat matannya saja. Mungkin juga di bahasa non Arab lainnya. Fitur dan isinya sudah sangat lengkap. Tetapi untuk mendapatkan sebuah hadits berikut Arabnya cukup ribet, disamping tulisan Arabnya gundul. Situs ini dikembangkan oleh Kementerian Urusan Keislaman, Wakaf, Dakwah, dan Penyuluhan Kerajaan Arab Saudi.
- Hadits Web versi 3.0. Pada headernya disebut sebagai “Kumpulan dan Referensi Belajar Hadits”. Isinya tentu tidak hadits saja, tetapi juga ringkasan, artikel tentang hadits, sejarah ahli hadits, dan lain-lain. Hadits ditampilkan dalam bahasa Indonesia saja, tanpa ada tulisan Arabnya. Ada versi download yang bisa dijalankan di komputer pribadi (non webbase). Situs ini dikembangkan oleh Sofyan Efendi.
- Situs saaid.net. Berbahasa Arab saja dan tidak hanya memuat tentang hadits.
- Situs Search Truth. Hanya berbahasa Inggris. Tidak saja memuat tentang hadits, tetapi juga informasi lainnya. Metode searchingnya sudah membedakan opsi antara: any word, all word dan exact word.
- Situs Hadith Search MSA-USC. Situs ini dikembangkan oleh MSA-USC (MSA=Moslem Student Assocation mungkin, dan USC=University of Southern California). Dalam bahasa Inggris. Tidak memuat hadits saja, tetapi juga informasi lainnya. Metode searching haditsnya menyediakan opsi: any word, penggunaan notasi boolean operation, seperti “and” atau “or”, dan sebagainya.
- User quran.noble di Yahoo Messanger (YM). Caranya lebih praktis, cukup dari Yahoo Messenger (YM) layaknya menghubungi (chatting) dengan lawan bicara. Kita tinggal mengetikkan hadits, no hadits, dan hal-hal lainnya untuk quran.noble “menjawabnya”. Seperti layaknya chatting biasa. Hanya saja, kita harus tahu format penulisan pertanyaan untuk mendapatkan sebuah hadits. Huruf Aravbnya juga masih gundul.
- Situs yang kami anggap cukup lengkap memuat kitab kutubuttis’ah (9 kitab) berikut kitab-kitab penjelasnya (syarah) adalah http://hadith.al-Islam.com milik Departemen Wakaf Kerajaan Saudi Arabia.
- Selain dalam bentuk online, juga ada situs Islam yang menyediakan kitab hadits secara soft copy yang bisa didownload secara gratis. Misalnya situs www.saaid.net
Demikian daftar penyedia hadits online di internet. Jika ada masukan baru, daftar ini tentu akan kami update.
Sementara, Ummulhadits tentu mengambil peran melengkapi dan mempermudah pencarian sebuah hadits diantara software-software tersebut.
Alamat (situs) Kitab TAFSIR
Tafsir Al-Baghwi (516H):
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=2&tTafsirNo=13&tSoraNo=3&tAyahNo=104&tDisplay=yes&UserProfile=0
Tafsir Al-Kasyaf (538H):
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=1&tTafsirNo=2&tSoraNo=3&tAyahNo=104&tDisplay=yes&UserProfile=0
Tafsir Ibnu Katsir (774H):
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=1&tTafsirNo=7&tSoraNo=3&tAyahNo=104&tDisplay=yes&UserProfile=0
Tafsir Al-Sya’rawi (1418H):
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=7&tTafsirNo=76&tSoraNo=3&tAyahNo=104&tDisplay=yes&UserProfile=0
Rahasia CINTA
Rahasia cinta ada di hati
dialah cahaya dari sumber cahaya
Pandangan-Nya tertuju padanya
keluasannya tak terbatas
kedalamannya tak terbayangkan
kerumitannya tak terjangkaukan
rahasia cinta hanya ada pada-Nya
maka,
cintailah Dia …
Sang Cinta dan Pencinta
Senin, 01 Juni 2009
Do it... insya Allah Najih fidunya wal Akhirah
agar engkau bahagia di dunia dan di akhirat
Merasa puaslah dengan apa yang telah Allah berikan kepadamu,
dengan begitu engkau menjadi orang yang paling kaya
Sederhanalah di dunia, maka Allah akan mencintaimu,
sederhanalah di mata manusia, maka mereka juga akan mencintaimu
Lepaskan dari dadamu sifat dengki, dendam dan hasad terhadap orang lain,
agar kebaikan-kebaikanmu tidak terputus
Jangan bersedih akan apa yang hialng darimu, karena dunia terlalu kecil
bagi oarang yang mengharapkan kebaikan kehidupan akhirat.
El-Fandny, 01/06/2009. 17:25
Minggu, 31 Mei 2009
HArapan dAn Do`a
Ya Allah...
Seandainya telah Engkau catatkan
dia akan mejadi teman menapaki hidup
Satukanlah hatinya dengan hatiku
Titipkanlah kebahagiaan diantara kami
Agar kemesraan itu abadi
Dan ya Allah... ya Tuhanku yang Maha Mengasihi
Seiringkanlah kami melayari hidup ini
Ke tepian yang sejahtera dan abadi
Tetapi ya Allah...
Seandainya telah Engkau takdirkan...
...Dia bukan milikku
Bawalah ia jauh dari pandanganku
Luputkanlah ia dari ingatanku
Ambillah kebahagiaan ketika dia ada disisiku
Dan peliharalah aku dari kekecewaan
Serta ya Allah ya Tuhanku yang Maha Mengerti...
Berikanlah aku kekuatan
Melontar bayangannya jauh ke dada langit
Hilang bersama senja nan merah
Agarku bisa berbahagia walaupun tanpa bersama dengannya
Dan ya Allah yang tercinta...
Gantikanlah yang telah hilang
Tumbuhkanlah kembali yang telah patah
Walaupun tidak sama dengan dirinya....
Ya Allah ya Tuhanku...
Pasrahkanlah aku dengan takdirMu
Sesungguhnya apa yang telah Engkau takdirkan
Adalah yang terbaik buatku
Karena Engkau Maha Mengetahui
Segala yang terbaik buat hambaMu ini
Ya Allah...
Cukuplah Engkau saja yang menjadi pemeliharaku
Di dunia dan di akhirat
Dengarlah rintihan dari hambaMu yang daif ini
----------------------------------------
Jangan Engkau biarkan aku sendirian
Di dunia ini maupun di akhirat
----------------------------------------
Menjuruskan aku ke arah kemaksiatan dan kemungkaran
Maka kurniakanlah aku seorang pasangan yang beriman
Supaya aku dan dia dapat membina kesejahteraan hidup
Ke jalan yang Engkau ridhai
Dan kurniakanlah padaku keturunan yang soleh
Amin... Ya Rabbal 'Alamin
Bila Aku Jatuh Cinta
Bila Aku Jatuh Cinta
Ya Allah, jika aku jatuh cinta,
cintakanlah aku pada seseorang yang
melabuhkan cintanya pada-Mu,
agar bertambah kekuatan ku untuk mencintai-Mu.
Ya Muhaimin, jika aku jatuh cinta,
jagalah cintaku padanya agar tidak
melebihi cintaku pada-Mu
Ya Allah, jika aku jatuh hati,
izinkanlah aku menyentuh hati seseorang
yang hatinya tertaut pada-Mu,
agar tidak terjatuh aku dalam jurang cinta semu.
Ya Rabbana, jika aku jatuh hati,
jagalah hatiku padanya agar tidak
berpaling pada hati-Mu.
Ya Rabbul Izzati, jika aku rindu,
rindukanlah aku pada seseorang yang
merindui syahid di jalan-Mu.
Ya Allah, jika aku rindu,
jagalah rinduku padanya agar tidak lalai aku
merindukan syurga-Mu.
Ya Allah, jika aku menikmati cinta kekasih-Mu,
janganlah kenikmatan itu melebihi kenikmatan indahnya bermunajat
di sepertiga malam terakhirmu.
Ya Allah, jika aku jatuh hati pada kekasih-Mu,
jangan biarkan aku tertatih dan terjatuh dalam perjalanan panjang
menyeru manusia kepada-Mu.
Ya Allah, jika Kau halalkan aku merindui kekasih-Mu,
jangan biarkan aku melampaui batas sehingga melupakan aku pada cinta hakiki dan rindu abadi hanya kepada-Mu.
Ya Allah Engaku mengetahui bahawa hati-hati ini telah berhimpun dalam cinta
pada-Mu, telah berjumpa pada taat pada-Mu, telah bersatu dalam dakwah
pada-MU, telah berpadu dalam membela syariat-Mu. Kukuhkanlah Ya Allah
ikatannya. Kekalkanlah cintanya. Tunjukilah jalan-jalannya. Penuhilah
hati-hati ini dengan Nur-Mu yang tiada pernah pudar. Lapangkanlah dada-dada
kami dengna limpahan keimanan kepada-Mu dan keindahan bertawakal di
jalan-Mu.
(As-Syahid Syed Qutb)
Untuk sahabat-sahabatku yang mengharapkan Ridho Allah
SYAIR RenungAn
UNTUK ISTRI
Pernikahan atau perkawinan, Membuka tabir rahasia.
Suami yang menikahi kamu, Tidaklah semulia Muhammad saw.,
Tidaklah setaqwa Ibrahim, Pun tidak setabah Ayyub,
Atau pun segagah Musa, Apalagi setampan Yusuf.
Justru suamimu hanyalah pria akhir zaman,Yang punya cita-cita,
Membangun keturunan yang soleh …….
Pernikahan atau perkawinan, Mengajar kita kewajiban bersama.
Suami menjadi pelindung, kamu penghuninya,
Suami adalah nahkoda kapal, kamu navigatornya,
Suami bagaikan balita yang nakal,kamu adalah penuntun kenakalannya,
Saat Suami menjadi raja, kamu nikmati anggur singgasananya,
Seketika Suami menjadi bisa, kamulah penawar obatnya,
Seandainya Suami masinis yang lancang,sabarlah memperingatkannya..
Pernikahan ataupun Perkawinan,
Mengajarkan kita perlunya iman dan takwa,
Untuk belajar meniti sabar dan ridha Allah Swt.,
Karena memiliki suami yang tak segagah mana,
Justru Kamu akan tersentak dari alpa,
Kamu bukanlah Khadijah,yang begitu sempurna di dalam menjaga,
Pun bukanlah Hajar, yang begitu setia dalam sengsara,
Cuma wanita akhir zaman, Yang berusaha menjadi solehah…..
Untuk SUAMI
Pernikahan atau perkawinan, Menyingkap tabir rahasia.
Istri yang kamu nikahi, Tidaklah semulia Khadijah,
Tidaklah setaqwa Aisyah, Pun tidak setabah Fatimah.
Justru Istri hanyalah wanita akhir zaman,
Yang punya cita-cita, Menjadi solehah…
Pernikahan atau perkawinan, Mengajar kita kewajiban bersama.
Istri menjadi tanah, kamu langit penaungnya,
Istri ladang tanaman, kamu pemagarnya,
Istri kiasan ternakan, kamu gembalanya,
Istri adalah murid, kamu mursyidnya,
Istri bagaikan anak kecil, kamu tempat bermanjanya.
Saat Istri menjadi madu, kamu teguklah sepuasnya,
Seketika Istri menjadi racun, kamulah penawar bisanya,
Seandainya Istri tulang yang bengkok, berhatilah meluruskannya.
Pernikahan atau perkawinan,
Menginsyafkan kita perlunya iman dan taqwa.
Untuk belajar meniti sabar dan ridha Allah Swt.,
Karena memiliki Isteri yang tak sehebat mana,
Justru kamu akan tersentak dari alpa,
Kamu bukanlah Rasulullah,
Pun bukanlah Sayyidina Ali Karamallahhuwajhah,
Cuma suami akhir zaman,
Yang berusaha menjadi soleh…
Fatwa Menikah (anekdot)
Fatwa Menikah
” Assalamualaikum wr wb, Ikhwan semua, antum sudah dengar belum ada fatwa terbaru dari Dewan Syariah, baru keluar pagi tadi lho !”
Dengan serempak mereka menjawab,
” Waalaikum salam, fatwa terbaru tentang apa akhi ? ”
” Tentang Menikah !”
” Menikah ? apa saja isi fatwa tersebut ? ”
” Isinya cuma satu pasal tapi penting, bahwa mulai sekarang seorang Ikhwan tidak boleh menikah dengan akhwat satu kampus.”
Semua ikhwah yang mendengar terkejut, dan saling memberi komentar satu sama yang lain.
“Apa alasannya akhi, khan tidak melanggar syar’i ?”
“Kok bisa begitu, lalu bagaimana sama yang sudah berproses, langsung dibatalkan ya ..”
“Ane kira ini untuk kepentingan perluasan dakwah juga ..”
“Kalau ane sih milih sami’na wa atho’na saja..”
Setelah beberapa saat terjadi tukar pendapat satu sama lain, akhirnya sang Akhi yang datang bawa kabar tersebut dengan mimik serius menjelaskan,
“Tenang Akhi.., fatwa tersebut memang harus di dukung dan ada dalilnya kok, bukankah Syariah Islam membatasi seorang Ikhwan untuk menikah hanya sampai dengan empat orang akhwat, maka bagaimana mungkin seorang ikhwah mau menikah dengan ‘akhwat satu kampus’ yang jumlahnya ratusan ..!”
Resep Kue Pernikahan
Resep Kue Pernikahan
Silahkan mencoba !!!
KUE PERNIKAHAN
Bahan :
- 1 pria sehat,
- 1 wanita sehat,
- 100% Komitmen,
- 2 pasang restu orang tua,
- 1 botol kasih sayang murni.
Bumbu:
- 1 balok besar humor,
- 25 gr rekreasi,
- 1 bungkus doa,
- 2 sendok teh telpon-telponan,
- 5 kali ibadah/hari
Semuanya diaduk hingga merata dan mengembang.
Tips:
- Pilih pria dan wanita yang benar-benar matang dan seimbang.
- Jangan yang satu terlalu tua dan yang lainnya terlalu muda karena dapat mempengaruhi kelezatan.
- Sebaiknya dibeli di toserba bernama TEMPAT IBADAH, walaupun agak jual mahal tapi mutunya terjamin.
- Jangan beli di pasar yang bernama DISKOTIK atau PARTY karena walaupun modelnya bagus dan harum baunya tapi kadang menipu konsumen atau kadang menggunakan zat pewarna yang bisa merusak kesehatan.
- Gunakan Kasih sayang cap “DAKWAH†yang telah mendapatkan penghargaan ISO dari Departemen Kesehatan dan Kerohanian.
Cara Memasak:
- Pria dan Wanita dicuci bersih, buang semua masa lalunya sehingga tersisa niat yang murni.
- Siapkan loyang yang telah diolesi dengan komitmen dan restu orang tua secara merata.
- Masukkan niat yang murni kedalam loyang dan panggang dengan api merata sekitar 30 menit didepan penghulu.
- Biarkan di dalam loyang tadi dan sirami dengan bumbunya. Kue siap dinikmati.
Catatan:
- Kue ini dapat dinikmati oleh pembuatnya seumur hidup dan paling enak dinikmati dalam keadaan hangat.
- Tapi kalau sudah agak dingin, tambahkan lagi humor segar secukupnya, rekreasi sesuai selera, serta beberapa potong doa kemudian dihangatkan lagi di oven ber merek “Tempat Ibadahâ€.
- Setelah mulai hangat, jangan lupa telepon-teleponan bila berjauhan.
Selamat mencoba, dijamin semuanya halal koq!
Sirami Bunga Kita Dengan Cinta
Sementara bunga kecil di perutmu sudah mulai
mendesak-desak ingin keluar, hmm… tak terasa
sebentar lagi bunga itu akan keluar dan menghiasi
harum rumah kecil ini. Dik, sungguh aku sudah tidak
sabar untuk menciuminya sepuasku hingga tak satupun
orang lain kuberikan kesempatan mencium dan memeluknya
sebelum aku, ayahnya, bosan menciumnya.
Satu tahun empat bulan yang lalu, aku masih ingat saat
datang ke rumahmu untuk berkenalan dengan keluargamu.
Takkan pernah hilang dalam ingatanku, betapa
kedatanganku yang ditemani beberapa sahabat untuk
berkenalan malah berubah menjadi sebuah prosesi yang
aku sendiri tidak siap melakukannya, yah… aku
melamarmu dik….
Padahal, baru satu minggu sebelum itulah kita
berkenalan di rumah salah seorang sahabatmu. Waktu
itu, aku tak berani menatap wajahmu meski ingin sekali
aku beranikan diri untuk mengangkat wajahku dan segera
menatapmu. Tapi, entah magnet apa yang membuatku terus
tertunduk. Kenakalanku selama ini ternyata tidak
berarti apa-apa dihadapanmu, kurasakan sebuah gunung
besar bertengger tepat di atas kepalaku dan membuatku
terus tertunduk.
Dik, aku juga masih ingat dua hari setelah pernikahan
kita, kamu masih tidak mau membuka jilbab didepanku
meski aku sudah sah sebagai suamimu. Tidurpun, kita
masih berpisah, kamu diatas kasur empuk yang aku
belikan beberapa hari sebelum pernikahan, sementara
aku harus kedinginan tidur dilantai beralaskan
selimut.
Hmm, aku masih sering tersenyum sendirian kala
mengingat kata-kataku untuk merayumu agar mau membuka
jilbab. “Abang cuma ingin tahu, istri abang nih ada
telinganya nggak sih”. Kata-kata lembutku pada malam
ketiga itu langsung disambar dengan pelototan mata
indahmu. “Teruslah dik, mata melotot adik takkan
pernah membuat abang takut atau menyerah, malaaah,
adik makin terlihat cantik, makin jelas indahnya mata
adik”.
Setelah kata-kata itu meluncur dari mulut jahilku,
bertubi-tubi pukulan sayang mendarat di tubuh dan
kepalaku karena adik menganggap aku meledekmu. Tapi
waktu itu, aku justru merasakan kehangatan pada setiap
sentuhan tanganmu yang mengalir bak air di pegunungan.
Karena aku yakin, dibalik pukulan-pukulan kecil itu,
deras kurasakan cintamu seiring hujan yang turun sejak
selepas maghrib.
Indah bunga seroja di taman mungkin takkan pernah bisa
mengungkapkan eloknya cinta kita, cinta yang didasari
atas kecintaan kepada Allah. Allah-lah yang
menciptakan hati, jiwa dan ragamu begitu rupa sehingga
aku mencintaimu. Aku pun berharap, atas dasar cinta
Allah pulalah adik mencintaiku. Karena hanya dengan
cinta karena Allah, cinta ini akan terus berbunga dan
mewangi selamanya.
Cinta hakiki adalah cinta kepada zat yang menciptakan
cinta itu sendiri, begitu seorang bijak berkata. Cinta
tidak dirasa tanpa pengorbanan, kasih sayang bukan
sekedar untaian kata-kata indah, dan kerinduan yang
terus takkan pernah terwujud jika hanya sebatas
pemanis bibir, tambah sang bijak.
Langit akan selamanya cerah, bila kita suburkan cinta
ini. Mentari takkan pernah bosan bersinar selama kasih
antara kita tetap terpatri dan rembulan pun tetap
tersenyum, selama kita isi hari-hari dengan segala
keceriaan yang jujur.
Tak terasa, malam semakin larut dik. Baru saja
kudengar dentang jam berbunyi duabelas kali. Sementara
tangan ini masih asik dengan pena dan secarik kertas
putih. Kan kutulis semua rasa bathinku malam ini,
semua keindahan, kehangatan, dan hidup dibawah naungan
cinta bersamamu karena Allah. Tapi, maafkan aku dik,
karena aku juga akan mengkhabarimu hal yang tidak
pernah kuceritakan kepadamu sebelumnya.
Kau sandarkan kepalamu di dadaku, lelap sudah malam
menghantarmu tidur. Tapi, ah… bunga kecil kita
ternyata belum tidur dik… sesekali kurasakan
sentuhan kakinya dari dalam perutmu. Rupanya bunga
kecil itu sudah mengenaliku sebagai ayahnya, kurasakan
berkali-kali diberbagai kesempatan berdampingan
denganmu, tangan-tangan kecilnya berupaya menggapai
dan menyentuhku seakan memintaku untuk segera
menggendongnya.
Malam ini, ada tangis dihatiku yang tidak mungkin aku
curahkan padamu. Karena aku tahu, kaupun sudah cukup
sering menahan tangismu agar tidak terlihat olehku.
Jadi, mana mungkin aku menambahinya dengan air mataku
yang mulai menggenang di bibir kelopak mataku ini.
Sebagai suami, aku merasa belum mampu membahagiakanmu
dik. Nafkah yang kuberikan kepadamu setiap bulan,
tidak pernah cukup bahkan untuk dua minggu pun.
Sehingga untuk keperluan dua minggu berikutnya, aku
harus meminjamnya dari teman-temanku tanpa
sepengetahuanmu dan aku hanya membisikimu,
“rizqumminallaah”.
Setahun kita menikah, tak sehelaipun pakaian kubelikan
untukmu. Bahkan aku sering menangis, saat mengajakmu
pergi, adik harus bingung mencari-cari sandal yang
layak dipakai. Tak pernah aku mengajakmu untuk
berjalan-jalan, karena aku selalu disibukkan dengan
segala urusanku, tak peduli hari libur. Aku selalu
berharap adik tampil cantik dan segar sepanjang hari,
tapi tak pernah kubelikan adik alat-alat kecantikan.
Dan yang terakhir, aku tak kuasa mengingatnya dik,
meski berat kita harus melalui saat-saat kita makan
dengan makanan seadanya, bahkan tidak jarang kita
berpuasa. Waktu itu adik bilang, “Biarlah bang, adik
lebih rela makan sedikit dan seadanya daripada kita
harus berhutang, karena hidup tidak akan tenteram dan
selalu merasa dikejar-kejar”.
Sebentar lagi, bunga kecil itu akan hadir dik. Akankah
aku, ayahnya, membiarkannya tumbuh dengan apa adanya
seperti yang aku lakukan terhadapmu dik. Bersyukurlah
ia karena mempunyai ibu yang sholehah dan selalu
menjaga kedekatannya dengan Allah. Karena, walau gizi
yang diberikannya kelak tidak sebanyak kebanyakan
anak-anak lainnya, tetapi ibunya akan mengalirkan gizi
takwa dihatinya, mengenalkan Allah sebagai Rabb-nya,
Muhammad sebagai tauladannya dan mengajarkan Al Qur’an
sebagai petunjuk jalannya kelak. Ibunya akan
mengajarkan kebenaran kepadanya sehingga mampu
membedakan mana hak dan mana bathil,
Dik, jika ia lahir nanti, sirami hatinya dengan
dzikir, suburkan jiwanya dengan lantunan ayat-ayat
suci Al Qur’an, hangatkan tubuhnya dengan keteguhan
menjalankan dinnya, baguskan pula hatinya dengan
mengajarkannya bagaimana mencintai Allah dan
Rasul-Nya, ajarkan juga ia berbuat baik kepada
orangtua dan orang lain, bimbinglah ia dengan ilmu
yang kau punya, sehingga dengan ilmu itu ia tidak
menjadi orang yang tertindas. Jadikan jujur sebagai
pengharum mulutnya serta kata-kata yang benar, baik,
lembut dan mulia sebagai penghias bibirnya. Sematkan
kesabaran dalam setiap langkahnya, taburi pula
benih-benih cinta di dadanya agar ia mampu mengukir
cinta dan kasih sayang dalam setiap perilakunya, dan
yang terakhir kenakan takwa sebagai pakaiannya setiap
hari.
Jika demikian, insya Allah harapan dan do’a kita untuk
tetap bersama sampai di surga kelak akan lebih mudah
kita gapai. Aku berharap, engkau membaca surat yang
kuselipkan di bawah bantalmu malam ini. Dan jika kau
telah membacanya esok pagi, jangan katakan apapun
kecuali ciuman hangat di tanganku. Karena dengan
begitu, aku tahu kau telah membacanya.”