Rabu, 17 Juni 2009

Inna Ma`al Usri Yusra

"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah" (QS. Al-Balad: 4)
Ayat ini menyatakan tentang hukum alam yang tak bisa diutak-atik tentang penciptaan manusia; bahwa manusia itu harus bekerjakeras, harus berada dalam kesulitan dan harus menjalani kehidupan yang tertekan. Itu artinya kita harus mengenali kenyataan diri dan kemudian membangun siasatbagaimana menghadapi kehidupan.

Sahabat, dunia ini adalah tempat kita menerima ujian. Tentunya kesulitan akan datang silih berganti sesuai dengan keimanan kita. Semakin tinggi iman kita, semakin berat pula ujian kita. Mungkin lelah akan menghampiri dalam menghadapi kesulitan itu. Namun, jika kita ambil hikmah dari setiap cobaanNya, oh.....betapa MANISNYA!!

SAHABAT, kesulitan yang kita hadapi harus kita anggap bagai awan musim panas yang sebentar lagi akan berlalu. Tidak jarang gemuruh petirnya, sambaran kilatnya sering membuat kita enggan mendengarnya bahkan sampai kita menutup telinga agar tak mendengarnya. Padahal setelah itu, mungkin pelangi terindah akan muncul tanpa kita sadari.

SAHABAT..............
Jika sendiri terasa sepi, ada Alloh yang mengawasi..........
Jika sedih, jangan dipendam dihati, ada Alloh tempat berbagi.............
Jika susah, jangan menjadi pilu, ada Alloh tempat mengadu................
Jika gagal, jangan putus asa, ada Alloh tempat meminta................
Jika bahagia, jangan menjadi lupa, ada Alloh yang patut dipuja.....

PAcaRaN

Pacaran biasa diartikan sebagai hubungan khusus dua insan lain jenis sebagai masa pengenalan pribadi masing-masing sebelum masuk ke jenjang hubungan yang lebih serius, yakni pernikahan. Dalam kenyataannya, ternyata pacaran memiliki banyak tipe dan model:

  1. Dari Sisi Keseriusan
    1. Pacaran sebagai sarana untuk saling mengenal masing-masing pribadi, dan mempunyai tujuan ke jenjang hubungan yang lebih serius lagi, yakni pernikahan
    2. Pacaran hanya dijadikan sarana sekedar mencari teman, atau hiburan. Dan tidak ada tujuan menuju hubungan yang lebih serius lagi (pernikahan). Meskipun terkadang ketidakseriusan itu berujung pada keseriusan
  2. Dari Sisi Model dan Bentuk
    1. Pacaran dengan saling bertemu di antara dua insan lain jenis dan sekedar berbincang-bincang
    2. Pacaran dengan saling bertemu dan bersentuhan/berpegangan, bahkan jalan-jalan secara berduaan
    3. Pacaran tanpa bertemu satu sama lainnya, namun tetap berhubungan melalui surat, internet atau telepon. Biasanya terjadi jika sang pacar sedang berada di daerah lain atau luar negeri karena kondisi kuliah atau pekerjaan.
    4. Pacaran hingga melakukan hubungan intim seperti layaknya suami dan isteri

Baik pacaran yang serius atau yang sekedar iseng, dari segi model dan bentuk tidak terlepas empat model di atas. Setiap model dan bentuk pacaran yang tersebut di atas mempunyai hukum masing-masing

  1. Pacaran yang dilakukan antara dua insan lain jenis dengan bertemu dan mengobrol berduaan tanpa didampingi mahramnya adalah haram. Sebagaimana sabda Rasulullah saw:

وعن ابن عباس رضي الله عنهما أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال‏:‏ ‏"‏لا يخلون أحدكم بامرأة إلا مع ذي محرم‏"‏ ‏(‏‏(‏متفق عليه‏)‏‏)‏‏.‏

Dari Ibnu Abbas ra, bahwa Rasulullah saw bersabda: "Janganlah seorang di antara kamu berduaan dengan seorang wanita kecuali bersama mahramnya" (HR: Bukhori-Muslim)

  1. Pacaran dengan saling bertemu dan bersentuhan/berpegangan, bahkan jalan-jalan secara berduaan adalah perbuatan yang diharamkan pula. Sebagaimana hadits yang telah disebutkan di atas. Hadits lainnya antara lain:

وعن أبي هريرة رضي الله عنه أن النبي صلى الله عليه وسلم قال‏:‏ ‏"‏كُتب على ابن آدم نصيبه من الزنا مدرك ذلك لا محالة‏:‏ العينان زناهما النظر، والأذنان زناهما الاستماع، واللسان زناه الكلام، واليد زناها البطش، والرجل زناها الخطا، والقلب يهوى ويتمنى، ويصدق ذلك الفرج أو يكذبه‏"‏‏.‏ ‏(‏‏(‏متفق عليه‏.‏ وهذا لفظ مسلم، ورواية البخاري مختصرة‏)‏‏)‏‏.‏

Dari Abu Hurairah ra, bahwa Nabi saw bersabda, "Telah ditulis pada anak Adam bagiannya dari zina, yang pasti ditemuinya tidak mustahil lagi: kedua mata zinanya adalah penglihatan, kedua telinga zinanya adalah pendengaran, lidah zinanya adalah ucapan, tangan zinanya adalah memegang, kaki zinanya adalah melangkah, hati bernafsu dan berangan-angan, kemudian kemaluan membenarkannya atau mendustakannya. (HR: Bukhori-Muslim)

  1. Pacaran tanpa bertemu satu sama lainnya, namun tetap berhubungan melalui surat, internet atau telepon. Biasanya terjadi jika sang pacar sedang berada di daerah lain atau luar negeri karena kondisi kuliah atau pekerjaan. Atau boleh jadi setelah ta'aruf dan dalam proses menuju khitbah (lamaran), atau sekedar bertemu lalu karena tertarik lalu sms-an melalui hp atau berbicara melalui telepon dan lainnya. Jenis pacaran ini pun dapat berdosa jika membuat hati bernafsu dan berangan-angan, meskipun dosanya tidak seperti berpegangan/bersentuhan, atau berduaan tanpa didampingi mahramnya.
  2. Sedangkan jenis pacaran seperti layaknya hubungan suami isteri maka hal ini lebih berdosa lagi dan termasuk dosa besar. Sebagaimana firman Allah SWT:

الزَّانِيَةُ وَالزَّانِي فَاجْلِدُوا كُلَّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا مِائَةَ جَلْدَةٍ وَلَا تَأْخُذْكُمْ بِهِمَا رَأْفَةٌ فِي دِينِ اللَّهِ إِنْ كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ

"Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat" (QS. An-Nur: 2)

Jika hukum haram dapat diklasifikasikan, maka :

  1. Berpacaran tanpa berduaan dan hanya lewat telepon, sms, surat dan lainnya adalah HARAM RINGAN. Karena pacaran jenis ini mengundang hati menjadi bernafsu dan bahkan kemaluan bisa menyetujuinya.
  2. Berpacaran dengan berduaan tanpa mahram adalah HARAM SEDANG, karena "tidaklah seorang laki-laki dan perempuan berduaan, melainkan yang ketiganya adalah syaitan". Berduaan dengan lain jenis tanpa mahram mengundang dosa yang lebih besar lagi, seperti bersentuhan atau ciuman.
  3. Berpacaran dengan saling bersentuhan atau ciuman adalah HARAM SEDANG-BERAT. Karena pacaran jenis ini akan mengundang kepada perbuatan yang lebih besar lagi dosanya.
  4. Berpacaran laiknya seperti hubungan suami isteri. Jenis pacaran ini adalah termasuk HARAM BERAT atau dosa besar, sebagaimana yang telah dijelaskan di atas.

Yakinlah bahwa pacaran tidak menjamin mengantarkan kita pada perjodohan. Sebagaimana banyak perjodohan pun terjadi dalam waktu singkat tanpa pacaran. Bertawakkal dan berserah dirilah pada Allah, Allah akan mengabulkan hamba-Nya jika proses dan niatnya adalah baik.

Wallahu a'lam bish-showab.


adakah manusia sebelum adam?

Dalam menafsirkan surat al-Baqarah ayat 30 yang berbunyi:

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui

Ada beberpa pendapat sahabat dan Ulama Tafsir dalam menfsirkan ayat di atas:

Dalam kitab Tafsir al-Qur’an al-Adzim jilid I hal 91-93 Ibnu Katsir mengemukakan beberapa pendapat dari Sahabat, Tabiin an para ulama:

1. Ibnu Abbas berkata, “Yang pertama menempati bumi adalah bangsa jin, lalu mereka berbuat kerusakan dan saling membunuh, lalu Allah mengutus Iblis membunh mereka dan bangsanya hingga mereka terpojok ke daerah-daerah pegunungan dan laut. Kemudian Allah menciptakan Adam untuk ditempatkan di muka bumi.
2. Abu Ja’far al-Rozi meriwayatkan dari al-Rabi’ bin Anas dsri Abu al-Aliyah saat menafsirkan ayat di atas berkata, “Allah menciptkan malaikat di hari Rabu, meciptakan jin di hari Kamis, dan menciptakan manusia di hari Jum’at. Lalu bangsa jin melakukan kerusakan, maka para malaikat turun memerangi mereka. Oleh karena itu, malaikat mengetahui sifat mereka yang melakukan kerusakan, sehingga ketika Allah akan menciptakan manusia, bertanya: “Apakau Engakau akan menciptakan orang yang akan melakukan kerusakan di permukaan bumi?”
3. Mujahid dan Abdullah bin Amr berkata, “Jin dan keturunannya tinggal di bumi 2000 tahun sebelum diciptakannya Adam, mereka melakukan kerusakan di bumi dan saling membunuh, lalu Allah mengutus tentara dari bangsa Malaikat dan memerangi mereka hingga mereka terpojok di lautan, oleh karena itu malaikat bertanya hal itu saat Allah akan memberitahu akan menciptkan manusia.
4. Mubarok bin Fadholah dari al-Hasan berkata, “Allah berkata kepada malaikat bahwa Dia akan menciptkan khalifah di atas bumi, lalu Allah memberitahu bahwa sifat manusia yang akan diciptakannya begini dan begini, kemudian Malaikat bertanya: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Pendapat in juga didukung oleh Qotadah dan Abdurrozak bin Ma’mar
5. Ibnu Jarir berkata:, “Timbulnya pertanyaan malaikat tersebut setelah Allah memberitahu malaikat tentang sifat manusia dan Allah mengizinkan malakat untuk bertanya. Lalu Allah menjawab "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”

Sedangkan Musrhofa al-Maraghi dalam kitabnya “Tafsir al-Maraghi” mengemukakan dua pendapat utama, yakni:

1. Pendapat Ulama Mutaqoddimin (Salaf): menyerahkan perkara ini kepada Allah dalam hal maksud dan tujuan ayat ini, sambil meyakini bahwa Allah tidak menceritakan sesuatu kecuali agar kita dapat mengambil pelajaran untuk kebaikan akhlak dan amal kita. Setidaknya, dari ayat tersebut memberikan hikmah sebagai berikut:

1. Agar manusia berserah diri dan tidak terlalu sibuk mencari rahasia dibalik penciptaan Allah, karena Malaikat sebagai makhluk paling taat dan dekat pada Allah saja tidak mampu mengetahuinya, apalagi kita.

2. Agar manusia tunduk pada Allah, karena Allah-pun menginginkan agar malaikat tunduk pada keputusan Allah dengan jawabannya “Sesungguhnya Aku mengetahui apa-apa yang kamu tidak ketahui”
3. Allah mengizinkan makhluknya untuk bertanya dan encari jawaban suatu hikmah dari penciptaan, lalu menyerahkannya kepada Allah agar mendapat ilmu yang berguna
4. Sebagai hiburan bagi Nabi, karena Nabi menghadapi pendustaan dan pertanyaan serta perdebatan dari Kuam Musyrikin atas risalah Nabi. Demikian juga halnya Allah yang mendapat pertanyaan dari Malaikat. Bila Allah saja ditanya Malaikat, apalagi Nabi yang ditanya dan didebat oleh manusia )kaum Musyrikin)

2. Pendapat Ulama Mutaakhirin (Kontemporer):

Pertanyaan yang diajukan Malaikat kepada Allah adalah karena mereka ingin mengetahui hikmah dibalik penciptaan. Dan Allah menjawab bahwa Allah menyimpan segala hikmah dalam penciptaan tersebut. (pendapat ini merupakan pendapat Rasyid Ridho)

Dengan demikian, dari penjelasan di atas, dapat kita simpulkan sebagai berikut:

1. Memang sebelum Adam as (bangsa manusia) diciptakan, sudah ada makhluk Allah yang menempati bumi, yakni bangsa jin. Mereka melakukan kerusakan, sehingga ketika Allah memberitahu para malaikat bahwa Allah akan menciptakan khlaifah di atas bumi, para Malaikat pun mengajukan pertanyaan seperti yang tersebut adalam ayat tersebut.
2. Timbulnya pertanyaan yang diajukan malaikat kepada Allah "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" dapat dikarenakan dua hal:
1. Malaikat mengetahui sifat makhluk sebelumnya yakni jin yang tinggal di bmi dan mereka berbuat kerusakan di atas bumi. Sehingga saat Allah memberitahu akan menciptakan khlafiah, malaikat mengajukan pertanyaan tersebut
2. Saat Allah memberitahu bahwa Dia akan meciptkan manusia, Allah memberitahu juga kepada malaikat bahwa sifat dan kelakuan manusia akan melakukan kerusakan dan pembunuhan, sehingga malaikat mengajukan pertanyaan tersebut
3. Manusia pertama adalah Adam, dan manusia adalah anak keturunan Adam. Sebagaimana hadits-hadits Nabi saw menjelaskan hal itu, di antaranya:

عن ابن عمر أن رسول الله صلى الله عليه وسلم خطب بمكة فقال : " يأيها الناس إن الله قد أذهب عنكم عَيْبَة الجاهلية وتعاظمها بآبائها . فالناس رجلان : رجل بَرّ تَقِيّ كريم على الله ، وفاجر شقيّ هيّن على الله . والناس بنو آدم وخلق الله آدم من تراب

Dari Ibnu Umar ra, bahwa Rasulullah saw berkhutbah di Makkah dan bersabdam “Wahai sekalian manusia! Sesungguhnya Allah telah menghilangkan kebanggaan jahiliyyah dan nenek moyangnya. Maka manusia hanya dua; orang baik, bertaqwa dan mulia di sisi Allah, dan orang sengsara dan hina di sisi Allah. MAnusia adalah anak keturunan Adam, dan Allah menciptakan Adam berasal dari tanah” (HR: Tirmidzi)

عن أبي هريرة قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : « الناس ولد آدم وآدم من تراب »

Dari Abi Hurairah berkata, Rasulullah saw bersabda, “Manusia adalah anak keturunan Adam, dan Adam berasal dari tanah”.

hukum Menguap dalam Sholat

Menurut kamus Wikipedia, kuap atau menguap adalah sebuah gerakan refleks menarik dan menghembuskan napas yang sering terjadi saat seseorang merasa letih atau mengantuk. Belum diketahui sebab mengapa orang-orang menguap, namun seringkali dikatakan bahwa penyebabnya adalah jumlah oksigen di paru-paru yang rendah. Menguap mudah sekali menular - 55% orang-orang yang melihat seseorang menguap akan turut menguap dalam waktu lima menit berikutnya. Dalam beberapa budaya, menguap merupakan suatu sikap antisosial sehingga saat menguap orang-orang dari kebudayaan tersebut akan menutup mulut mereka.

Dalam beberapa hadits, menguap merupakan perbuatan dari syaithan. Sebagaimana hadits Nabi saw:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ التَّثَاؤُبُ مِنْ الشَّيْطَانِ فَإِذَا تَثَاءَبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَرُدَّهُ مَا اسْتَطَاعَ فَإِنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا قَالَ هَا ضَحِكَ الشَّيْطَانُ

Dari Abi Hurairah ra, dari Nabi saw berkata, “Menguap adalah dari syaitan, maka jika salah seorang di antara kalian menguap maka hendaklah menahannya semampunya, sebab jika seorang di antara kalian menguap “haa”, maka syaitan tertawa. (shahih Bukhori 11/66)

Karena menguap adalah pebuatan dari syaitan, maka ia selalu ingin menggoda kita agar kita malas bekerja dan beraktifitas, termasuk di dalamnya saat kita melaksanakan ibadah shalat. Dalam suatu hadits, Rasulullah saw bersabda:

عنأبي هريرة ، قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: إذا نادى المنادي أدبر الشيطان وله ضراط فإذا قضى أقبل حتى يخطر بين الرجل وبين نفسه ، يقول : اذكر كذا وكذا ما لم يكن يذكر

Abu Hurairah berkata, Rasulullah saw bersabda: “Jika seorang mudzain mengumandangkan adzan maka syaithan berpaling lari hingga keluar angin (kentut). Dan jika selesai adzan, syaitan kembali sehingga mengganggu antara orang dan antara dirinya, dia berkata: ingatlah ini dan itu, selama dia tidak mengingat.” (Al-Aushat ibnu Munzdir 4/106)

Hadits ini menjelaskan kepada kita bahwa meskipun syaitan takut saat mendengar adzan, namun saat adzan selesai dikumandangkan, syaitan datang kembali untuk menggoda orang-orang yang akan dan sedang shalat, baik dengan cara menyibukkan kita dengan pikiran-pikiran tertentu, atau dengan mengingat-ingat sesuatu yang tidak penting dan tidak ada kaitannya dengan sholat. Termasuk cara syaitan untuk mengganggu kita dalam sholat dengan seringnya kita menguap.

Menguap adalah suatu sikap yang tidak bisa kita hindari, apalagi jika tubuh kita mengalami kelelahan atau kurang tidur. Oleh karena itu Rasulullah saw dan sahabat mengajarkan kepada kita, agar saat kita menguap segera mengambil tindakan-tindakan berikut:

1. Menahannya (tidak membuka semua mulut) sedapat mungkin sebagaimana hadits di atas
2. Tidak mengeluarkan suara, termasuk suara “haa” atau “huaa”, apalagi dengan suara keras, karena dengan begitu akan membuat syaitan tertawa senang
3. Menutup mulut saat menguap dengan tangan, terutama dengan tangan kiri



عن سُهَيْلُ بْنُ أَبِي صَالِحٍ قَالَ سَمِعْتُ ابْنًا لِأَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ يُحَدِّثُ أَبِي عَنْ أَبِيهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا تَثَاوَبَ أَحَدُكُمْ فَلْيُمْسِكْ بِيَدِهِ عَلَى فِيهِ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَدْخُلُ

Dari Suhail bin Abi Sholih berkata, aku mendengar putera Abi Said al-Khudri menceritakan pada ayahku, dari ayahnya dia berkata: Rasulullah saw bersabda; Jika seorang di antaramu menguap maka hendaklah menahan dengan tangannya diletakkan di mulutnya, karena syaitan akan masuk.” (Shahih Muslim 14/264)

4. Mangatasinya dengan ‘berdehem’

عن مغيرة عن إبراهيم قال إني لادفع التثاؤب في الصلاة بالتنحنح

Dari Mughiraoh, dari Ibahim berkata: “Sesungguhnya aku menahan uapan saat shalat dengan berdehem.”

5. Menahannya dengan menutup bibir dan mengusap hidung

عن منصور عن إبراهيم قال إذا تثاءب في الصلاة ضم شفتيه ومسح أنفه

Dari Manshur, dari ibrahim berkata: “Jika seseorang menguap dalam shalat, maka hendaklah ia menutup kedua bibirnya dan mengusap hidungnya.

6. Berlindung kepada Allah dari sikap menguap yang merupakan perbuatan syitan

عن ابن مسعود قال التثاؤب في الصلاة والعطاس من الشيطان فتعوذوا بالله منه.

Dari Ibnu Mas’ud berkata, menguap dalam shalat dan bersin adalah dari syaitan maka hendaklah kalian berlindung kepada Allah dari padanya”

Yang dimaksud dengan bersin disini adalah bersin besar dengan mengeluarkan suara besar, karena dalam hadits lain justru bersin itu dari Allah

7. Saat menguap, hendaknya berhenti dari membaca, karena dikhawatirkan bacaan kita akan salah. Setelah selesai menguap, barulah melanjutkan bacaannya.



عن عثمان بن الاسود عن مجاهد قال إذا تثاءب في الصلاة فليمسك عن القراءة

Dari Utsman bin al-Aswa, dari Mujahid berkata; “Jika seseorang menguap dalam shalat maka hendaklah ia berhenti dari bacaan.”
wallahu`alam bishowab